7.18.2010

ANGER


Dia bilang saya super manja dan kekanak-kanakan. Dia bilang tidak semua yang saya ingin bisa saya dapatkan. Dia bilang skeptis saya sudah keterlaluan. Dia bilang itu cuma perasaan bukan realita. Dia bilang saya harus selalu jadi diri saya sendiri. Dia bilang saya terlalu banyak mengeluh. Dia bilang saya mudah sekali ngambek. Dia bilang dia sedang melakukan sebuah terapi untuk memperbaiki perilaku saya. Dia bilang dia tidak bodoh ketika memutuskan terapi apa yang cocok buat saya. Dia bilang bahwa sikap oposisinya terhadap saya itu disengaja.




Dia juga yang membuka namun lupa menutup. Dia juga yang meminjam tapi lupa mengembalikan. Dia juga yang datang dan pergi sesuka hati. Dia juga yang hadir antara ada dan tiada.

Dia lupa saya punya rasa. Dia lupa bahwa segala sesuatu bisa dikomunikasikan. Dia lupa bahwa saya sering dikelilingi sepi. Dia lupa bahwa saya membutuhkannya.

Dan saya..menangis saat ini..karenanya..untuk kesekian kali..

Dan saya..sekali lagi merasa bahwa ini seharusnya tidak perlu..

Dan saya..butuh bukti, bukan janji..

Dan saya..hanya bisa mengatakan fuck..

Dan saya..sangat marah padanya..

7.17.2010

Full Timer Mom

It’s Saturday. Dimulai dengan bangun pukul 8 pagi. Duduk di sofa, sms’an dengan seorang sahabat. Ngerumpi sana sini. Sarapan. Ngenet ga penting, hendak membalas imel seorang teman yang bertanya tentang remaja untuk kepentingan surat kabar dia bekerja, eh koneksinya trobel. Bolak-balik diskonek. Tutup laptop, beranjak ke tempat tidur. And show time..tidur siang..! Sangat me time sungguh. Indahnya..andai saja sahabat saya tidak mengingatkan bahwa saya membawa kerjaan kantor untuk mengisi akhir pekan saya. Damn..! Sahabat yang sangat tahu bagaimana merusak me time saya. Hmmmm.. Ga penting itu sebenernya, ga ngefek juga bagi saya. Mengingat level prokrastinasi saya yang luar biasa, ucapan sahabat saya hanya menjadi wacana (thanks to her seharusnya saya itu karena kalau bukan dia, ga ada yang mengingatkan saya).

Saat menikmati me time, tiba-tiba saya teringat sebuah janji pada sahabat lainnya. Seorang mom dengan dua anak balita yang luar biasa. Saya berjanji akan mencoba menuangkan kegelisahannya dalam blog saya. Walaupun seperti katanya, tulisan tidak cukup mampu merepresentasikan apa yang ada di benaknya. Saya mengatakan padanya, setidaknya daripada tidak sama sekali.

Bermula dari sebuah sms panjang yang dikirim sahabat saya yang super mom itu kemarin:
“Siang tadi aku baru aja tau, temen satu genk waktu di kampus dulu sekarang sudah jadi kontributor di stasiun tv terkenal. Kemarin malam, sahabatku baru saja dapat ijin praktek. Dan baru tadi aku tau, teman yang tidak kukira mengajar di sebuah universitas negeri. Aku, tanpa pencapaian dan aktualisasi, sedang ngopi sambil menunggu bak cucian penuh.”
Saya sempat menanyakan ulang sms siapa itu, meskipun nama sahabat saya muncul sebagai pengirimnya. Saya benar-benar tidak menyangka, karena di mata saya, sahabat saya tersebut penuh dengan optimisme dan kebahagiaan luar biasa menjadi ibu untuk dua anak balitanya. Saya pikir dunianya sempurna dengan adanya dua jagoan kecilnya. Tetapi, ada satu ruang yang dia bilang which is empty. Saya tidak tahu harus menanggapi bagaimana sms yang dia kirim. Saya hanya menawarkan cara untuk sekedar mengeluarkan sedikit uneg-unegnya.

Sahabat saya, seorang perempuan energik. Tidak bisa diam dan terkadang nglanangi. Terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri. Sangat mandiri dan sangat benci jika harus bergantung pada orang lain. Enterpreneur mom, segala bidang bisa menjadi uang. Mulai dari bisnis parsel, guru, membuka agensi guru les hingga agensi outbond. Mulai dari uang sedikit hingga uang lumayan. Selama aktualisasi diri jalan dan ide terealisasi. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga akhirnya sahabat saya memutuskan untuk hidup mandiri dengan pindah ke rumah sendiri. Rumah kecil dengan lingkungan yang nyaman. Di rumah baru ini, sahabat saya kesulitan mendapatkan pembantu yang bisa menjaga dua jagoannya. Dan akhirnya, sahabat saya resmi menjadi ibu rumah tangga full timer. Pagi, bangun, nyiapin sarapan, nganter jagoan ke sekolah, ngeberesin rumah sebelum nanti diberantakkin lagi, jemput anak, masak. Siang, waktunya para jagoan makan, nemenin mereka main, syukur-syukur bisa ditinggal, jadi bisa ngebersihin dapur. Sore, mandi sore, nemenin anak-anak main, apa ini, ma, apa itu, ma, kenapa gini, kenapa gitu, ma, kok itu boleh kok ini ga boleh. Malam, bed time story. Setelah itu, waktunya cuci-cuci dan seterika. Berputar seperti itu beberapa bulan terakhir. Minim teman bicara, karena belahan jiwa bekerja hingga larut malam.

Wajar jika kemudian ada sisi yang terasa kosong. Ketika teman satu persatu mewujudkan mimpi dan sahabat saya terjebak di rumah dengan keterbatasan mengaktualisasikan diri, wajar jika rasa kosong itu muncul. Tiada pencapaian diri yang diraih katanya. Saya tidak begitu melihatnya. Bagi saya, keputusan sahabat saya untuk menikah dan menjadi seorang ibu, itu hal yang sangat luar biasa. Hal yang saya pun masih belum bisa lakukan hingga saat ini. Kelegawaan untuk menukarkan mimpi dan kesuksesan pribadi dengan peran yang sangat tidak mudah. Perempuan lajang, sukses dalam karir, aktualisasi diri sempurna, wajar, karena tidak ada hal lain yang dipikirkan selain diri. Namun ketika memutuskan menjadi seorang ibu dengan dua jagoan yang pintar dan membutuhkan pengawasan langsung, karir, kesuksesan pribadi tampaknya menjadi skala kesekian. Ada harga yang harus dibayar dari setiap pilihan. Dan seringkali, harga tersebut sangat mahal. Ketika suami pulang larut malam, sulit untuk diajak berdiskusi atau sekedar bercerita ringan karena keterbatasan waktu, ketika teman sepermainan sibuk mengejar karir dan memamerkan keberhasilan, emptyness lah yang setia mendampingi.

Sejujurnya, saya benar-benar tidak tahu apa yang saya harus lakukan untuk sahabat saya. Tanpa perlu mengalami, saya bisa merasakan betapa menderitanya ketika rasa kosong itu muncul. Namun, saya selalu salut padanya, ketika sahabat saya menerapkan pola pendidikan yang penuh dengan komunikasi. Tidak ada pelototan mata, bentakan, larangan tak berdasar apalagi kekerasan fisik. Kesabaran yang luar biasa terhadap dua jagoannya. Jagoan-jagoan kecil yang tahu benar bagaimana membuat tante Toetiek emosi jiwa. Jagoan-jagoan kecil yang selalu tahu bagaimana membuat rumah berantakan. Jagoan-jagoan kecil yang tahu bagaimana merusak barang. Jagoan-jagoan kecil yang sangat tahu ketika sang mama merasa sedih. Jagoan-jagoan kecil yang selalu yakin bahwa mereka punya mama yang sangat bisa diandalkan. Jagoan-jagoan kecil yang kelak akan sangat berterimakasih dengan mama luar biasa yang selalu ada buat mereka. Jagoan-jagoan kecil yang esok akan dengan bangga mengatakan bahwa sang mama telah mengaktualisasikan diri secara sempurna ketika memutuskan untuk menjadi seorang full timer mom, 24-7 menemani mereka. Seorang sahabat yang menjadi mama sempurna bagi dua jagoannya.



Sebuah tulisan yang saya dedikasikan buat para full timer mom atas pilihan luar biasa mereka.
picture was taken from www.gettyimages.com

7.12.2010

The Rainbow

Siapa orang ini yang membuat hidup saya berwarna dua minggu terakhir?

Ada beberapa warna yang dia hadirkan di kehidupan dua minggu terakhir saya:
  1. Merah muda: Ketika orang ini membuat pipi saya bersemu dengan sms-sms dan panggilan-panggilan manisnya.
  2. Biru muda: Ketika genggaman tangannya menciptakan kenyamanan dan rasa aman saat bersamanya.
  3. Kuning: Ketika gurauannya membuat saya tertawa terpingkal-pingkal dan merasa “Ya ampun, orang ini pintarnya menghidupkan suasana.”
  4. Biru tua: Ketika cara dia mengajari saya membuat saya terkagum-kagum dengan kapasitas intelektualnya.
  5. Abu-abu: Ketika tidak ada komunikasi sama sekali darinya dan status-statusnya membuat saya gelisah.
  6. Merah: Ketika dia mempermalukan saya dan membuat saya marah.
  7. Hitam: Ketika dia menghilang, seperti saat ini.
Siapa orang ini sehingga begitu signifikannya dia bagi saya? Siapa orang ini? Anyone..?


7.03.2010

Beautiful Lunch

Anda pasti tahu rasanya ketika Anda menunggu seseorang, sekian lama, sambil kelaparan, dan di menit terakhir orang yang Anda tunggu membatalkan janji dengan Anda? Rasanya Anda bisa lakukan apa saja untuk membunuh orang tersebut saat itu juga. Begitu juga dengan saya. Hufthuft.. Di tengah rasa lapar yang menggila bercampur dengan emosi jiwa, saya menjelma menjadi manusia tanpa hati karena seorang membatalkan janji makan siang di menit terakhir. Makan siang bayangkan makan siang! Aktivitas pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan pokok semua manusia!!!!! Saya sudah menanti, membayangkan menu makan siang saya yang merasuk sukma. Yang tidak setiap hari bisa saya nikmati. Menu makan siang yang rela saya tukarkan dengan nyawa saya saat ini. Dan tiba-tiba batal. Hadaaaaaaaaaaaaaaaaah.. Saya pun rela mengosongkan perut saya dari pagi demi makan siang ini. Berharap saya akan dapat menampung menu yang sangat banyak siang ini. Dan ternyata tidak terwujud. Sangat wajar saya bisa membunuh. Terutama membunuh orang yang membatalkan janji makan siang ini.




Saya pun mengirimkan sms ke teman dekat saya: “Ga jadi lunch, ada jadwal ngajar tiba-tiba. Baru aja ngabari.”
Teman saya membalas: “Woooh, kemampleng tenan memang. Sabar, sabar, tan.”
Saya: “Harus memahami lagi berarti?”
Teman Saya: “Sabar, sabar.”

Orang yang membatalkan janji makan siang ini bilang semua hal selalu membuat saya kesal. Termasuk dia juga itu, membuat saya kesal. Saya sudah mau mati kelaparan menunggunya. Wajarlah ya kalau saya kesal. Dan tahu apa respon orang ini ketika saya komplain tentang pembatalan janjinya yang seenaknya sendiri:
“Kalau mau nunggu ya agak siangan, cantik. Paling jam 2 – 3 an aku kelar.”
Manis bukan responnya? Panggil cantik segala. Memang dengan memanggil saya cantik, rasa lapar saya berganti dengan rasa kenyang? Yang lebih indah lagi adalah alternatif waktu pengganti yang dia tawarkan. Jam 2 – 3 an!!!!!! Siangnyaaaaaaaaaaaaa.. Hadah, hadah, hadah..duh, Gusti..

Saya sudah mau mati saja gara-gara kelaparan. Anak kos pula. Ga ada stok makanan. Mau keluar cari makan, panasnya aje gile. Sepertinya mending saya tidur saja lagi. Bangun sorean, baru cari makan. Dan dalam tidur saya, akan saya mimpikan orang yang membatalkan janji makan siang saya. Dalam mimpi, saya akan lakukan mutilasi padanya. Kalau perlu habis saya mutilasi, saya blender. Biar lembut sekalian tidak bersisa. Saya campur dengan telur lantas saya goreng. Saya jadikan menu makan siang saya.


picture was taken from www.gettyimages.com

;;