11.09.2009

My Dream


Susah payah upload foto ini..Wrangler Ev yang membuat saya jatuh cinta mampuuss.. Ada satu lagi sebenarnya, yang tambah menguatkan saya untuk benar-benar jatuh cinta..tapi nanti, tunggu kalau koneksi sudah mendingan..

Saya benar-benar jatuh cinta, semakin dalam ketika saya melihatnya. Ini mimpi saya, yang akan saya wujudkan..someday..

Someday..u'll be mine, my lovely Ev.. Just wait for me.. I'll pick u up and we'll enjoy the world together..

DAAMNNN, I am so in love with youuuuuuuuuuuuu..

11.06.2009

Self Clean Up (part 2)

Mari dilanjutkan proses bersih-bersihnya..

Saya sudah selesai menyapa tubuh saya tapi saya belum berbicara dengan diri saya. Begitu banyak hal yang hendak saya bicarakan terkait dengan sampah-sampah yang sudah waktunya dibuang, karena mulai bikin penuh saja.

"Hei, big girl.. Apa kabar..? Kayanya, kita harus tata ulang lemari arsip kita. Filenya uda ga karu-karuan. Berantakan. Ada yang harus kita masukkin keranjang sampah dan dibakar habis. Bener-bener ga perlu. Hanya bikin kita pusing ajah. Agree..?"

Dan saya mulai menyeleksi arsip yang sudah kadaluarsa dan hanya membuat saya sesak juga cenderung menghambat hidup saya. Inilah arsip-arsip itu:
  1. Kisah cinta saya. Sudah old school habis. Semua sudah usai. Usai ya usai. Mau kisah cinta itu berakhir bahagia ataupun sedih, yang namanya selesai, ya terimalah kalau itu selesai. Diratapi melulu juga tidak akan membawa perubahan. Menanyakan alasan kenapa harus berakhir, juga tidak membuat mereka kembali. Mereka punya kehidupan baru tanpa saya di dalamnya, demikian dengan saya. Lepas atau buang?
  2. Dendam dan rasa marah terhadap semua yang pernah menyakiti saya. Beberapa kisah menyisakan kemarahan dan rasa dendam mendalam. Terkait dengan terinjaknya harga diri. Sangat besar keinginan untuk mengekspresikan kemarahan juga membalaskan dendam kepada yang bersangkutan. Tapi saat ini, saya sedang melakukan proses bersih-bersih, bersihkan saja, selesai perkara. Untuk kasus ini, pilihannya hanya dibersihkan atau tetap disimpan.
  3. Pola hubungan dengan lawan jenis. Setelah dibaca ulang, pola saya adalah menjadi pihak ketiga. Baik dalam hubungan dengan atau tanpa status. Tidak baik tampaknya. Buang kali ya. Putuskan rantai polanya atau dibiarkan semakin panjang?
  4. Keluarga. Pengalaman tidak menyenangkan dalam keluarga. Perilaku menjengkelkan dari anggota keluarga. Pemaksaan kehendak. Ketidakadilan. Berkurangnya respek. Walaupun untuk kasus berat sudah sempat saya bersihkan satu tahun lalu, sepertinya masih ada beberapa kasus-kasus kecil namun jumlahnya cukup lumayan bikin sesek. Hilangkan atau biarkan?
  5. Rasa takut, kekhawatiran dan rasa tidak percaya diri. Beberapa kegagalan menyisakan trauma yang memunculkan ketakutan, kekhawatiran dan ketidakpercayaan diri, terutama terkait dengan perwujudan cita-cita dan kehidupan pernikahan. Kegagalan juga menciptakan dominasi pemikiran negatif dalam diri saya. Jadi, masukkan ke tempat sampah atau dibelikan tempat arsip baru?
"Gimana, big girl? Ada lima arsip yang harus dibersihin. Makan memori banyak banget soalnya. Makanya kita suka banget ga jelas gitu idupnya. Kadang baek-baek aja, tapi sering jeleknya. Sering ga masuk akal, buntut-buntutnya cuma nambah sakit ati kita. Ga pernah bener-bener jelas idup kita. Mo dibuang ato diganti tempat aja..? Kalo dibuang, harus ikhlas, ga bole dicariin lagi."

...hening...(karena berpikir) 


Dan ini keputusan saya: BUANG SEMUA KE DALAM TEMPAT SAMPAH. Bukan hanya sekedar buang, saya ambil korek api. Saya BAKAR SEMUA arsip yang ada dalam tempat sampah. Saya tunggu hingga semuanya berubah menjadi abu. Saya lempar abunya ke udara. Dan hilang bersama angin. 


Berbicara dengan diri, sudah. Arsip sudah dibereskan. Sampah sudah dibersihkan. Sekarang waktunya bicara dengan yang punya saya. Pemilik alam semesta. Energi terbesar di dunia ini. Beginilah saya berbicara dengan pemilik diri saya:

"Dear, Lord. How are You? Ini aku, Toetiek. Thank you so much for everything. Buat kehidupan 28 tahunku. Untuk nafas yang aku hembuskan. Untuk keluarga yang luar biasa, papa yang hebat, mama yang sabar, kakak yang perduli dan adek yang menyenangkan. Terimakasih sungguh, untuk cinta yang aku rasakan, sakit yang aku alami. Kebahagiaan, kepedihan. Keberhasilan, kegagalan. Airmata, tawa. Kehidupan, kegagalan. Kesetiaan juga pengkhianatan. Aku benar-benar berterimakasih, terutama untuk cintaMu terhadapku. Thank you, Lord. Thank you, thank you and thank you. You're the greatest one. I love You. Dan aku juga meminta maaf untuk semua kesalahan yang berulang aku lakukan. Terus, terus, dan terus. Atas pengabaianku terhadapMu. Ampuni aku. Ampuni aku. Terimakasih, terimakasih."


Dan acara bersih-bersih pun usai. Terasa lebih ringan dari sebelumnya. Entahlah, saya merasakan energi positif mengisi ruang kosong bekas tempat beberapa arsip yang so old time. Proses ini tidak hanya dilakukan sekali karena kehidupan saya akan terus berjalan. Selalu akan ada arsip-arsip baru yang masuk dalam diri saya. Ketika arsip tersebut sudah tidak berguna, maka saya sesegera mungkin harus melakukan bersih-bersih diri kembali.


Tidak mudah membuang arsip-arsip brengsek itu tanpa jejak, karena begitu banyak cerita menarik bila arsip tersebut dibaca kembali. Mengingatkan pada jejak masa lalu. Namun ketika jejak tersebut hanya menghambat jejak saya untuk maju, untuk apa? Toh semuanya sudah usai, tidak ada lagi yang bisa saya lakukan selain merelakannya lepas dari diri saya. Kedinamisan hidup saya menuntut saya untuk terus bergerak dan tidak memungkinkan untuk terjebak di satu titik. Begitu banyak titik yang harus saya tuju untuk sebuah pembelajaran kehidupan. Ketika kenangan membuat saya berat melangkah dari satu titik ke titik lainnya, untuk apa saya terus bawa?

11.05.2009

Self Clean Up (part 1)



Sudah lama ternyata saya tidak melakukan bersih-bersih diri. Makanya badan saya kok rasanya berat sangat. Kepala apalagi. Cukup sering didatangi serangan sakit kepala sebelah. Belum lagi masalah mood. Swing. Naik, turun, naik, turun. Sekarang hot, besok cold. Lusa, hot, setelah lusa, cold lagi. Korslet badan saya lama-lama saking tidak stabilnya mood. Ditambah, pikiran negatif yang ya ampun, gampangnya datang tapi susah sekali perginya. Terkadang malah menetap, bahkan sampai punya anak segala. 


Inspirasi bersih-bersih diri datang dari mengikuti 3 hari kuliah mantap tentang transpersonal. Ingin saya sebenarnya, dosennya yang bersihin saya. Tapi asistennya bilang beliau padat gila jadwalnya. Jadi, saya bersih-bersih ajah sendiri, pakai cara yang saya dapat dari pak dosen yang sibuk itu.Dan inilah proses self clean up saya...

  1. Dimulai dari kuliah hari terakhir, yang katanya sesi bersih-bersih dipandu bapak dosen. Metodenya saya paham, tapi saya tidak bisa fokus. Kepala saya sakit mendengar healing music yang dipakai. Saya bilang sama diri saya sendiri, "Saya harus lakukan ini sendiri. Dengan cara yang sesuai untuk saya."
  2. Saya berpikir dong ya..cara apa yang sesuai untuk saya. Pakai healing music, sakit kepala. Memejamkan mata, malah tidur. Wah, repot. Pikir, pikir, pikir terus pikir. Ting, dapatlah saya. Pantai!! Harus bersih-bersih di pantai sepertinya. I really love beach. Much!
  3. Oke, tujuan sudah ketemu. Kapan ya waktu yang pas gitu buat bersih-bersih di pantai? Hmmmm..sore menjelang matahari terbenam? Panas laaaah.. Baiklah, diputuskan pagi-pagi buta. Lanjut menikmati matahari terbit.
  4. Tidak mungkin kali sendirian. Hilang nanti saya ditelan samudera. Saya mengirim sms ke calon-calon potensial yang juga menyukai pantai. Sekian banyak sms dengan menggunakan fasilitas paket sms dari XL tercinta, sms jadi murah. Cuma bayar Rp 10/sms (saya konsumen yang baik ya, mempromosikan provider dengan sukarela).
  5. Semua sudah oke. Teman, oke. Waktu keberangkatan, oke. Mari kita berangkat. Dengan semangat 45, saya beserta rombongan menuju tujuan. Dan proses bersih-bersih pun dimulai.
  6. Awalnya, saya memejamkan mata. Berusaha fokus dengan permasalahan yang hendak saya bersihkan, saya lepaskan. Seperti yang saya tulisan sebelumnya, saya tidak cocok dengan metode pejam mata. Akhirnya, saya memandang laut lepas. Ombak. Mendengar debur ombak dan kemudian berbicara dengan diri saya sendiri. Beginilah isi pembicaraan saya:
" Hai, tubuh.. Apa kabar? Lama ternyata ya kita ga saling ngobrol. I miss u. Thanks for everything. Buat menemaniku di setiap waktu. Buat mendukungku di setiap kondisi. Buat tidak merepotkanku selama 28 tahun ini. Anyway, aku mau kasih daftar terimakasihku. Tolong disebar ya..
  • Kepala dan otak,  thanks untuk ide-ide cemerlangnya..ide-ide gila dan unik.
  • Mata, untuk pemandangan indahnya..termasuk juga lelaki-lelaki gantengnya..dan untuk pemandangan mengenai penderitaan yang membuatku belajar banyak tentang hidup.
  • Hidung, untuk aroma wangi dan bau busuk di suatu kondisi. Membuatku tahu mana aroma yang aku suka. Dan untuk udara yang aku hirup serta nafas yang aku hembuskan.
  • Bibir dan mulutku, untuk kecupan-kecupan indah yang kurasakan dan pembicaraan-pembicaraan menyenangkan yang telah aku lalui.
  • Tanganku, untuk membantuku menyelesaikan banyak hal. Menulis, mengetik, membantuku makan dan juga untukku melakukan hobiku, membersihkan hidung.
  • Jantungku, untuk membuatku bisa merasakan getaran senang, sedih, cemas, takut dan juga gembira. Membuatku tetap hidup dengan detaknya.
  • Pembuluh darah dan otot-ototku..untuk segalanya yang terus membuatku tetap bertahan.
  • Perut dan organ dalamku, untuk menampung semua yang aku makan dan mengolahnya menjadi sesuatu berarti untuk kehidupanku.
  • Kakiku, untuk menemaniku berjalan, berpetualang, merasakan betapa seksinya high heels itu, menekan gas, kopling, rem dan juga untuk kram sesekali yang menyadarkanku agar aku mengistirahatkanmu.
Terimakasih untuk semuanya. Tak mungkin aku akan bertahan tanpa kalian semua. Dan, maafkan, aku terlalu sering mengabaikan kalian, juga karena aku tidak mengajak kalian berbincang. Maafkan..."







 ...to be continued...

11.03.2009

Let It Go

Sebuah pelajaran yang mengesankan dari sebuah materi hebat kemarin, Psikologi Transpersonal, tentang bagaimana kita melepaskan satu hal berarti untuk mendapatkan satu hal lain yang lebih berharga.


Betapa sering kita terjebak dalam sebuah hal yang kita sebut itu sebagai kenangan. Akhirnya, kita pun berhenti di masa lalu dan tak kunjung beranjak.   Let it go, make you free.. 


Seberapakah kita akan bebas dan lepas..? Kita tidak akan pernah tahu bila kita tidak mencobanya.. Yang lalu, sesungguhnya telah berlalu.. Yang sudah, memanglah sudah.. 
Just let it go, babe..



11.02.2009

My Beautiful Life

Saya sedang menunggu dosen, biasa lah, giliran saya tepat waktu, dosennya telat banget. Nanti giliran saya telat lima menit, eh, dosennya awal banget datangnya. Kalau sekarang ini, saya dijanjikan jam 10, tapi ternyata beliaunya ada rapat sampai jam 1. Baguuuuus.. Mau balik ke kos, nanggung. Akhirnya, pergilah saya ke perpustakaan, ngeblog aja lewat komputer sewaan perpus yang tarifnya amit-amit mahalnya. Dan komputernya berdebu!!!! Hahahahaha..jarang yang pake, saking mahalnya..

Memang sih, sekarang awal bulan, tapi masih saja saya bokek. Kiriman biasa datang tanggal 5 tiap bulan. Dan tanggal tersebut masih 3 hari lagi. Tersiksanya saya, mengingat bokek saya ini sudah genap seminggu hingga hari ini. Ditambah 3 hari ke depan, pas 10 hari. Sempurna..

Sebenarnya, di ATM masih ada saldo 150 ribu. Tapi, itu sudah teralokasikan semua. 100rb untuk bensin si ganteng yang lumayan agak boros tapi meskipun demikian saya masih belum bisa mengganti si ganteng dengan yang lebih irit karena belum ada duitnya laaaaaaah..50 ribu untuk fotokopi segala macam yang ada hubungannya dengan the'shit' saya. Sudah, ludes saldo terakhir saya. Mana ga punya tabungan lagi..

Tapiiiiii..ada yang unik selama saya bokek 7 hari itu. Saya tetap ga pernah ga makan apalagi sampai kelaperan. Bokek memang, tapi perut kenyang terus. Kekenyangan malah seringnya. Ada aja yang ngasi makan di saat-saat genting ini. Beberapa ini contohnya:

1. Bokek hari pertama, teman saya meminta tolong dijemput di bandara, pulangnya, dia traktir saya sarapan. Lumayan, saya hanya tinggal mikir buat beli makan siang (kalau sedang bokek, biasanya, makan cukup dua kali sehari).

2. Bokek hari kedua, saya ngubek-ubek boks di dapur, dan saya menemukan sereal plus susu yang bisa digunakan untuk sarapan hingga 3 hari. Lumayan, untuk sarapan, ga usah mikir, setidaknya untuk 3 hari berikutnya lah.

3. Bokek hari ketiga, kondisinya mulai gawat, karena ransum hanya bisa untuk sarapan ajah, makan siangnya ga ada. Akhirnya, terpaksa mengeluarkan jurus andalan, memeras. Hahahahahahaha.. "Aku ga punya duit nih, buat makan. Bokek. Mau ga si traktir aku..?" Hohohohohoho..karena di kos saya paling tua, pastilah teman kos saya mikir dua kali buat nolak saya. "Iya, mbak. Aku traktir, tapi yang murah aja yaaa.." Ga masalah, makan 5 ribu pun di Jogja sudah sangat mengenyangkan kalau kepepet.

4. Bokek hari keempat, saya pergi ke luar kota untuk 3 hari 2 malam dengan akomodasi ditanggung. Waaaaaaaah, lumayan untuk urusan perut, terjamin hingga bokek hari keenam. Sebenarnya saya ke luar kota ini mau mencari penyambung nyawa sampai uang kiriman datang, tapi karena satu dan lain hal, kerja (cukup) rodi saya dengan perjalanan yang (cukup) melelahkan karena jarak kotanya (cukup) jauh, saya hanya bisa membawa pulang 50 ribu. Hhmmmpppfffhhh.. Kecewa sebenarnya, karena (sangat) jauh dari harapan.

5. Bokek hari ketujuh, ada sedikit suntikan dana 50 ribu hasil berakit-rakit ke luar kota. Namun ternyata, uang tersebut hanya bertahan satu hari. Ternyata, saya punya utang 25 ribu. Saya bayarlah itu hutang. Sisanya saya gunakan untuk makan dua kali dan minum es (esnya ini yang lumayan mahal, 7500. Kalau lagi bokek, es harga segitu, tampak mahal..)

6. Bokek hari kedelapan, ternyata, ada yang ngirimin saya teri medan matang plus tante membawakan saya ayam goreng utuh satu ekor. Ya oloooooooooooooooooooh, indahnya hidup saya ini. Tinggal masak nasi, makan lah saya dengan nikmatnya. Untungnya, ransum beras masih mencukupi untuk makan 5 hari ke depan.

See..saya tetap belum pernah merasakan kelaparan meskipun dompet saya kosong song dan benar-benar kosong. Selalu ada saja yang mengenyangkan perut saya dengan cara yang tidak saya duga. Ya meskipun beberapa ada yang karena saya memelas si..namanya juga usaha.. Hahahahahaha..

Apa yang saya pelajari dari 8 hari terakhir hidup dalam ketiadaan uang sama sekali?

Saya belajar, bahwa saya ternyata, memiliki Tuan yang luar biasa yang memelihara saya. Tuan saya itu tidak pernah menelantarkan saya, Tuan saya tidak akan pernah membiarkan saya menderita. Tuan saya itu menjaga saya.

Saya bukan orang yang taat pada agama dan sangat jauh dari kesan agamis. Bahkan saya sering bersitegang dengan keluarga saya terkait dengan seringnya saya absen melakukan ibadah agama saya. Pokoknya, saya ini, orang suka bilang, setannya setan lah. Tapi, saya meyakini bahwa sesetan-setannya saya, Tuan saya sangat mencintai saya. Dan saya sangat bersyukur karenanya. Hal-hal kecil yang tampak sepele mungkin bagi beberapa orang, tapi ketika saya melihat bahwa saya masih
bisa bertahan dalam kondisi tanpa uang dan tidak pernah merasa kelaparan, itu bukti bahwa Tuan saya menjaga saya. Hal tersebut lah yang hingga kini masih membuat saya memiliki keyakinan, bahwa hanya Tuan saya lah yang berkuasa dalam kehidupan saya. Lainnya, maaf ya, lewaaaaat.. Cuma Tuan saya yang bisa mengakhiri hidup saya. Jadi, sebelum Tuan saya mengatakan hidup saya berakhir, ya saya akan tetap hidup, meskipun dompet kosong melompong, ga ada duit buat beli makan, saya (akan) tetap hidup. Daripada ya, punya banyak duit, mau beli makan di mana aja, apa aja dan kapan aja, tapi Tuan saya bilang hidup saya selesai, ya selesai aja kan. Ga ada guna juga uang saya yang seabrek-abrek, toh saya udahan ini.
Bagi saya, sesuatu yang kecil dan tampak tak berarti lah yang sering membuat hidup saya indah dan sangat bermakna. Saya sering mendapatkan bayak refleksi singkat namun sangat dalam artinya bagi diri saya. Saya mencintai diri saya dan juga hidup yang telah diberikan Tuan saya. Saya mensyukuri setiap nafas saya. Pokoknya, saya bahagia lah..itu intinya.. 

10.20.2009



Seorang teman laki-laki saya mengatakan bahwa sejak ia melepas keperjakaan,hanya sekali ia melakukan apa yang disebut MAKING LOVE selebihnya adalah HAVING SEX semata. Saya tanyakan apa beda antara dua hal tersebut. Dia mengatakan bahwa bedanya adalah di masalah rasa. Having sex tidak menggunakan rasa suka,sayang apalagi cinta. Kalau making love,minimal ada lah rasa suka yang terlibat. Teman saya tersebut melepas keperjakaannya bukan karena adanya unsur suka,sayang ataupun cinta. Ia melepas keperjakaannya hanya sebagai taruhan saja. Selanjutnya,aktivitas seksual sang teman pun berlangsung begitu bebasnya. Berganti-ganti pasangan bukan hal yang aneh buat teman saya tersebut. Prinsipnya selalu sama,tanpa menggunakan rasa. Namun pada akhirnya,sang teman pun kena batunya. Ia jatuh cinta pada seorang wanita,yang malangnya tidak dapat ia miliki. Cerita punya cerita,wanita idaman sang teman pun harus pergi. Dan menurut sang teman,baru sekali itu ia melakukan apa yang disebut make love. Dengan wanita tersebut sebelum mereka berpisah. Hanya sekali seumur hidup teman saya itu,hingga saat ini!

Menurut sebuah buku yang saya baca,Why Men Doesn't Listen and Women Can't Read Map,hubungan seksual tanpa rasa yang dikenal dengan have sex merupakan hal yang mudah untuk dilakukan oleh seorang lelaki. Ada bagian tertentu dari otak lelaki yang mengaturnya. Kalau seorang lelaki melakukan hubungan seksual dengan wanita lain yang bukan pasangannya,bukan berarti lelaki tersebut sedang bermasalah dengan pasangannya atau tidak memiliki rasa lagi terhadap pasangannya. Lelaki tersebut hanya sedang membutuhkan partner untuk menyalurkan hasrat biologisnya. Merupakan hal yang wajar jika ternyata pelaku one night standing hampir sebagian besar adalah lelaki. Setelah melakukan hubungan seksual,dengan mudahnya mereka menganggap bahwa seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bahkan mereka bisa dengan mudahnya hilang dari muka bumi begitu saja.

Saya sering dibuat jengkel dengan kisah-kisah seperti itu. Tidak sedikit teman wanita saya yang curhat dan nangis-nangis karena lelaki yang tidur bersama mereka semalam tiba-tiba tidak bisa dihubungi lagi dan tidak pernah memberi kabar. Belum lagi kisah tentang kasus bunuh diri karena keperawanan hilang dan kemudian mereka ditinggalkan. Sepertinya kata-kata cinta yang manis cuma berlaku hingga keperawanan terenggut. Sebenarnya,saya jengkel bukan kepada lelaki-lelaki yang ada. Saya lebih jengkel pada wanita-wanita tersebut.

Buat apa menangisi lelaki hanya karena kita pernah tidur dengan mereka dan kemudian mereka hilang..?? Buat apa menangis hanya karena sudah tidak perawan lagi dan kemudian kita ditinggalkan..?? Buat apa menangis hanya karena keperawanan kita hilang dan kemudian kita menjadi kehilangan harga diri..?? Tidak ada gunanya semua tangis dan air mata apalagi sampai bunuh diri.

Ketika saya memutuskan untuk melepas keperawanan saya,saya hanya bertekad saya akan melepaskannya karena saya ingin. Saya tidak pernah berpikir saya akan melepas keperawanan saya untuk memenuhi keinginan pasangan saya. Kalaupun saya kemudian ditinggalkan oleh pasangan saya, masa bodoh. Dunia saya tidak akan berakhir hanya karena saya sudah tidak perawan lagi.

Bercinta memiliki nilai seni bagi saya. Seni haruslah dilandasi dengan feeling. Karena menggunakan feeling, maka bercinta haruslah dengan orang yang berarti bagi saya. Karena orang yang berarti bagi saya mampu memunculkan feeling yang diperlukan dalam bercinta. Berputar-putar mungkin, tetapi itu yang saya yakini.

Saya menyukai di mana ada bisikan-bisikan sayang ketika melakukannya. Dan hal tersebut hanya saya dapatkan ketika bercinta karena saya tidak menyukai bisikan-bisikan sayang yang bersifat sebagai pemanis yang biasa didapatkan ketika orang hanya sekedar ngeseks. Memang idealis, tetapi itu yang saya lakukan.

Bercinta selalu menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi saya. Bercinta selalu memberi keceriaan bagi saya. Bercinta menjadi ecstasy bagi saya. Efek euforianya everlasting dan itu  bermanfaat sekali bagi saya. Dan saya yakin saya tidak mendapatkannya kalau saya hanya sekedar ngeseks.

My Life's So Great

Dari sebuah email yang saya terima:

Life is short..
 
Break the rules..
 
forgive quickly..
 
 love truly..
 
laugh constantly..
 
And never stop smiling..
 
no matter how strange life is..
 
Life is not always the party we expected to be..
 
but as long as we are here, we should smile and be grateful..




Anti Trust

Jogja luar biasa panasnya. Sangat mampu untuk membuat orang-orang di sekitar saya mengalami hiperemosi (istilah baru dari hasil ngobrol di warung kopi). Dan saya? Cuaca panas Jogja yang menggila hanya mampu membuat saya setengah bugil ketika menulis catatan kecil ini.

Dua hari lalu, saya bertemu dengan teman-teman lama. Ngobrol panjang lebar di sebuah warung kopi yang agak sedikit elit lah dengan menu-menu luar negeri. Salah seorang teman lama menginspirasi tulisan saya ini. Karena masalah etika, saya meminta ijin untuk menulis tentang dirinya. Berbicara tentang etika, ternyata masa-masa akhir saya sebagai seorang mahasiswa memberi saya sebuah pelajaran tentang hal itu. Hmmmm..orangtua saya pasti bangga kalau tahu anaknya sudah mulai beretika. Dan teman-teman saya juga tidak akan malu tentunya jika berjalan bersama saya, karena saya setidaknya sudah cukup tahu tata krama. Hohohohohohohoho..

Kembali pada teman saya tadi, apa yang menarik dari dirinya yang mengilhami saya menulis? Tentang masalah kepercayaan. Begitu sulit bagi teman saya untuk percaya pada orang lain. Masa lalunya dipenuhi oleh pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan tentang hal percaya mempercayai. Pengkhianatan, kebohongan, kemunafikan dan parasitisme rupanya datang silih berganti dalam kehidupannya. Hingga sebuah istilah tentang dia masuk ke telinga saya, anti trust .

Ketika saya pulang, saya berpikir tentang diri saya. Sepertinya saya mengalami hal serupa, dengan spesifikasi hanya kepada lelaki. Bahkan pada tahap tertentu, saya menjadi paranoid. Jelas lah tidak kepada semua lelaki. Kalau teman saya bilang hanya kepada lelaki yang berpotensi untuk menjalin komitmen dengan saya. Ada benarnya apa yang dibilang teman saya, mengingat bahwa kecenderungan saya akhir-akhir ini adalah selalu saja tergila-gila pada lelaki yang jelas-jelas tidak akan memiliki masa depan dengan saya. Misalnya, lelaki yang jarak usianya terpaut jauh dengan saya, jauh di atas maupun jauh di bawah saya. Atau menyukai lelaki yang already taken. Atau lelaki yang jelas-jelas tidak menyukai saya (kalau yang ini, memang agak-agak kebangetan sayanya, update terus berita tentang dia dan bertekad menjadi penggemar rahasia selamanya). Giliran bertemu dengan lelaki yang mungkin berprospek menjadi pasangan saya, adrenalinnya tidak terpacu (boong banget si sebenernya, belum pernah ketemu faktanya, biasa, efek dramatis buat tulisan ini..hihihihihi..)

Darimana anti trust itu muncul coba? Ya jelas lah dari yang namanya p.e.n.g.a.l.a.m.a.n. Luar biasa efeknya. Di buku-buku bule dibilang: Hal tidak menyenangkan direspon sebagai hal yang sebaiknya tidak perlu diulangi lagi. Gampang, tapi susah penerapannya. Ambil lah contoh, saya jatuh cinta, berpacaran, dikhianati. Kalau mengikuti teori, pengalaman jatuh cinta saya tidak menyenangkan, lha berakhir dengan pengkhianatan, jadi sebaiknya tidak perlu diulangi lagi. Tapi ya jelas laaaaah ga mungkin. Mau mati sinting apa saya berhenti jatuh cinta? Saya bertekad, akan kembali jatuh cinta dengan catatan tidak perlu dibumbui pengkhianatan. Jatuh cinta lah saya yang kedua, pacaran, tidak dikhianati, tetapi dibohongi. Pacar sudah punya pacar di negeri seberang. Weeeeeitttttsss, sempurna. Berhentikah saya jatuh cinta? Sangat sinting kalau hanya karena dibohongi saya memutuskan berhenti jatuh cinta dan berhenti pacaran. Jatuh cinta lagi, pacaran lagi. Dengan target: no pengkhianatan, no dibohongi. Ternyata, pacar saya hanya numpang popularitas biar terkenal. Siapa gitu kan yang ga kenal saya, penulis masa depan, pengganti Dewi Lestari. Dan akhirnya saya pun lelah, bukan lelah jatuh cinta (karena bagi saya, cinta masih memberikan sensasi t.e.r.s.e.n.d.i.r.i yang terkadang bisa membuat saya o.r.g.a.s.m.e), tetapi lelah pada komitmen. Bahkan meragukan sebuah komitmen.

Saya yakin saya tidak sendiri. Banyak dari Anda mengalami masalah serupa dengan saya. Mungkin tidak terkait dengan masalah cinta, tetapi masalah yang lain. Muncul sebuah keraguan dalam diri yang berujung pada sebuah ketidakpercayaan terhadap suatu hal. Ketidakpercayaan terhadap teman, orangtua bahkan pada diri sendiri akibat pengalaman tidak menyenangkan yang berulangkali yang dialami. Apakah masalah ketidakpercayaan itu jelek? Siapa bilang itu jelek? Justru, ketidakpercayaan membuat kita lebih waspada, berhati-hati dalam bertindak, bersikap selektif. See, tidak jelek bukan? Baik-baik saja ini. Hanya, pada kadar tertentu, ketidakpercayaan benar-benar sangat merusak.

Menurut saya, ketidakpercayaan tersebut masuk dalam kategori merusak, diantaranya bila:
1. Kita merasa orang lain tidak bisa melakukan sebaik apa yang biasa kita lakukan atau sebaliknya.
2. Kita (sering) merasa kesepian (dan sendiri) di tengah keramaian.
Dan kalau ketidakpercayaan masuk pada level destruktif, jelas cuma memberikan kerugian. Lelahnya luar biasa. Seperti saya, lelah sangat saya dijangkiti penyakit paranoid pada komitmen dengan lelaki yang membuat saya tidak berhenti menganalisa, yang buntut-buntutnya cuma mengeluarkan pemikiran: "Jangan jangan dia begitu, jangan jangan dia begini."

Dalam keletihan tersebut, saya berpikir (mungkin tidak seorang yang sedang letih, berpikir, dan pemikirannya itu valid? hohohohohohohoho, hanya saya yang bisa lakukan itu..) bahwa tidak ada gunanya mempertahankan sebuah hal yang jelas-jelas destruktif, diantaranya paranoid saya yang agak berlebihan. Bayangkan, betapa capeknya saya terus menganalisa dan menghasilkan pemikiran negatif tentang komitmen dan lelaki. Mau jadi psikolog model apa saya kalau terus begitu? Psikolog sinting mungkin (tapi gaya). Apa yang bisa saya banggakan ketika saya berbicara di hadapan berjuta-juta orang tentang komitmen tetapi jauh di lubuk hati, saya menghujat komitmen itu sendiri? Saya hanya sedang melakukan kemunafikan yang pada akhirnya semakin meningkatkan level destruktif diri akibat ketidakpercayaan yang saya alami. Terus, terus dan akhirnya saya mati merana karena ketidakpercayaan. Oh, no, no, no..saya tidak mau seperti itu. Buat apa saya susah-susah hidup sekian puluh tahun dan mati hanya karena sebuah paranoid berlebihan sebagai akibat ketidakpercayaan yang tidak bisa saya kendalikan. Sinting kalau itu terjadi pada saya. Sangat sinting bahkan.

Ketidakpercayaan itu untuk diatasi, bukan dipelihara dan dibesarkan, dipupuk ataupun dirawat. Ketidakpercayaan itu seperti obat, pada dosis tertentu, dia mampu menyembuhkan, namun lebih dari dosisnya, dia akan mematikan. Sama halnya seperti obat, ketidakpercayaan memiliki rasa yang tidak enak, hanya pahit. Konsumsilah hanya dengan resep dokter .




I need status, please..

Status: Single

sepertinya tampak tidak sehebat

Status: In relationship, Enganged atau Married

Teman saya yang single, beberapa waktu lalu, giat mengubah status single'nya itu menjadi in relationship. Dan tidak lama, statusnya pun berganti a.k.a sudah memiliki pasangan saat ini. Meskipun ternyata pasangannya kini cukup dan mungkin membuatnya pusing dan kerepotan, dan mungkin juga agak memaksa teman saya itu menjadi bukan dirinya, rupanya teman saya lebih mempertahankan status barunya yang in relationship. Dia bilang, status barunya membuat rasa percaya dirinya meningkat.

Teman saya yang lain, status: enganged. Namun hubungan dengan tunangan tidak berjalan lancar. Seringkali sang tunangan melakukan kekerasan verbal yang berujung pada hujan air mata di wajah teman saya itu. Tetapi teman saya bertahan, karena beban mental katanya apabila menyandang status baru: putus tunang. Jadi ini yang saya katakan pada teman saya itu ketika dia menangis (lagi) menceritakan kekerasan verbal yang dilakukan tunangannya:
"Ini masalah pilihan, kamu memilih untuk mempertahankan status itu. Take the risks then."

Dan saya, status single melekat pada diri saya satu tahun belakangan ini. Dorongan untuk mengubah status tersebut sangat besar. Saya merindukan status saya yang memiliki pasangan. Namun, saat gelombang sadar menghampiri saya, status single sepertinya terlalu sayang untuk saya tinggalkan.

Why being single is so lovely?
1. Saya berkuasa penuh atas diri saya. Bebas menentukan hari ini mau kemana, mau makan apa, dengan siapa, pulang jam berapa.
2. Saya tidak dipusingkan dengan masalah kecemburuan yang membabi buta, godaan perselingkuhan atau ketakutan bahwa pasangan selingkuh.

Tapi..ini lah beberapa alasan mengapa seringkali saya mengalami dorongan yang begitu besar untuk upgrade status menjadi in relationship:
1. Saya merindukan sms atau telepon mesra dari pasangan.
2. Saya merindukan masa-masa dimana saya bisa mendapatkan pelukan disertai kata-kata "I love you".
3. Saya merindukan perhatian dari pasangan, "Uda makan belum..?" atau "Jangan tidur terlalu larut malam ini, besok kegiatanmu padat. Jaga kondisi."
4. Saya merindukan teman berbagi yang memang memiliki waktu khusus untuk berbincang dengan saya, mendengarkan keluh kesah saya, di kala teman-teman saya sibuk dengan kegiatan masing-masing.
5. Saya merindukan membeli man's stuff dan memberikannya pada pasangan.
Alasan yang remeh sepertinya, tapi cukup membantu saya mengenali kebutuhan atau keinginan diri saya.

Beberapa kali saya berbincang dengan diri saya sendiri, apakah keinginan saya untuk meningkatkan status dari single menjadi in relationship itu murni karena kebutuhan atau keinginan? Dan jawabannya pun beragam. Hari ini diri saya menjawab kebutuhan, esok jawabnya keinginan, lusa berbeda lagi. Jawaban beragam pun akan saya dapatkan ketika saya bertanya pada teman-teman saya tentang apa alasan yang melatarbelakangi status mereka saat ini. Dan itu merupakan hak pribadi mereka.

Setiap orang memiliki kebebasan sepenuhnya untuk memilih status apapun yang hendak mereka sandang. Hanya saja tidak setiap orang memahami betul dan siap sepenuhnya dengan semua konsekuensi yang harus mereka hadapi akibat status yang melekat pada diri mereka. Semakin banyak status yang disandang, semakin banyak pula konsekuensi yang dihadapi.

Idealnya memang setiap orang siap menanggung semua dampak dari apa yang mereka pilih, begitu juga dengan status. Sayangnya kita hidup di dunia yang jauh dari sebuah kondisi ideal. Orang memilih status yang (tampak) bagus bagi orang lain, namun menghujat konsekuensi yang harus dihadapi. Begitu juga saya, berusaha konsekuen dengan apa yang telah saya pilih, bukan hal yang mudah. Now, I enjoy being single, tomorrow I'll hate being single. Dan akan berbeda lagi esok lusa.

Semua orang (sepertinya) membutuhkan generator untuk terselenggaranya sebuah status. Besar kecilnya status, ditentukan dari generatornya. Semakin besar generatornya, biasanya statusnya (bisa) semakin tinggi. Jadi, bagi Anda dan juga saya, kalau menginginkan status yang wah, belilah generator yang besar. Kalau dana terbatas, ya janganlah berharap memiliki status tinggi tersebut dalam waktu dekat. Hanya mencari mati saja. Percayalah..

10.11.2009

A Guy with Smell of Tobacco


Saya jatuh cinta.

Seorang teman yang saya abaikan keberadaannya sepuluh tahun lalu. Seorang yang saat ini menjelma menjadi seorang lelaki yang ternyata membuat saya sinting setiap kali saya memandangnya. Teman-teman saya mengatakan bahwa dia cukup menarik. Tipe yang rebel-rebel gitu deh, tapi memiliki hati yang lembut sepertinya.

Saya tidak tahu apa-apa tentang dia. Kapan dia berulangtahun. Apa yang menjadi hobinya. Apa saja kebiasaannya. Siapa gadis yang pernah mengisi hatinya. Bahkan saya tidak tahu dimana dia tinggal. Saya hanya tahu bahwa dia mempesona diri saya saat ini. Saya mengenalnya, begitu pula dengannya. Saya sesekali berbicara atau saling mengirim pesan singkat, namun itu hanya untuk urusan yang sangat jauh dari masalah hati dan rasa.

Saya ingin memeluknya dan menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang khas, perpaduan antara aroma tubuh, parfum dan tembakau. Entah lah, saya menyukai aroma tembakau yang menempel di tubuh lelaki. Tampak seperti lelaki sejati.

Teman saya mengatakan, mulai lah pendekatan terlebih dahulu. Tunjukkan bahwa saya peduli padanya. Jelas hal tersebut akan sulit untuk saya lakukan karena saya sama sekali tidak memiliki keberanian. Jelas, saya meragukan kemampuan saya sendiri untuk itu. Dan sangat jelas alasannya, SAYA TIDAK PERCAYA DIRI.

Shit, saya merindukannya..namun terlalu takut untuk bertemu dengannya. Saya takut terlihat olehnya bahwa saya merindunya. Saya takut terlihat olehnya bahwa saya mencintanya. Seorang teman berkata bahwa hak saya sepenuhnya untuk menunjukkan perasaan saya, mengapa harus menutupinya. Saya ingin bisa lakukan itu, tapi masalahnya, apakah dia akan mampu bersikap seperti biasa ketika dia mengetahui semua rasa saya padanya? Apakah dia akan tetap menemani saya ketika saya membutuhkan teman ngopi sembari berbincang? Saya tidak yakin dia akan tetap sama bila dia tahu rasa yang saya punya.

Saya memujanya dengan sepenuh hati.

10.10.2009

Take a break for a while from typing something that really fucking boring thing.. Wanna write something seriously..

Tentang para pria di sekitar saya. Dengan tampilan berbeda namun pada dasarnya memiliki kemiripan satu dengan lainnya.

Pria Pertama
Mengisi hati saya selama dua tahun. Saya meletakkan hampir separuh hati saya padanya. Tanpa saya sadari, saya menjadi seseorang yang lebih baik dengan kehadirannya. Namun tidak saya pungkiri, kepergiannya, menjadikan saya masuk lebih dalam ke sebuah dunia yang disebut paranoid.

Pria Kedua
Menjadi seorang yang spesial bagi seorang teman baik saya, bahkan telah resmi bertunangan. Tanpa pengalaman percintaan sama sekali hingga dia bertemu teman saya tersebut. Memendam rasa terhadap teman saya selama sekian tahun, bahkan merelakan teman saya menjadi pacar sahabatnya sebelum akhirnya menjadi tunangannya.

Pria Ketiga
Seorang teman yang sebenarnya saya tidak terlalu mengenalnya tapi saya sok tahu tentang dirinya. Seseorang yang setahu saya tidak banyak berbicara dan terkadang menjadi bayangan orang lain yang sepertinya lebih punya kekuatan untuk bicara. Seseorang yang memiliki pandangan ke depan namun seringkali kesulitan untuk merealisasikan pandangan tersebut.

Pria Keempat
Seorang teman juga, hanya saja saya sedikit lebih punya kesempatan mengenalnya. Supel, cukup populer. I think he's good looking enough. Menyenangkan, dan cukup membuat saya nyaman berbicara dengannya. Penyuka musik yang kurang nyaman di telinga saya.

Mereka berbeda secara fisik, latar belakang keluarga dan budaya, pendidikan, ekonomi, pekerjaan, minat dan banyak hal lainnya. Tapi saya melihat kesamaan yang cukup dominan dalam diri mereka, yang sepertinya menjadi suatu hal yang mereka tutupi dengan sepenuh hati, rasa tidak percaya diri, introvert dan sensitif.

Pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu mungkin menjadi salah satu dari sekian banyak alasan yang menyebabkan mereka seringkali merasa minder dengan apa yang mereka lakukan. Merasa bahwa orang lain lebih mampu dari mereka. Berpikir bahwa perjuangan hidup terasa begitu berat sehingga tidak berani masuk pada level kehidupan yang lebih tinggi lagi. Memasang target yang berada pada batas normal-normal saja seperti orang pada umumnya. Namun menyukai sesuatu yang rebel.

Introvert. Mereka setipe. Pasang tampang garang, acuh, tak peduli, namun sebenarnya mereka memasukkannya semua ke dalam hati. Seperti tak melihat, namun mengamati dengan cukup dalam. Tak mau tahu, tapi mendengarkan dengan seksama. Memasukkan semua proses ke dalam otak. Mengolahnya, menciptakan begitu banyak pertanyaan, menyimpannya dalam hati, dan akhirnya menjawabnya sendiri. Lebih senang menyimpannya sendiri alih-alih berbagi dengan orang lain. Bermain dengan pikirannya sendiri. Tampak tenang, mati rasa, datar namun bergejolak di dalam.

Sensitif. Sangat mudah tersakiti. Namun bertahan dengan sepenuh daya untuk tampil tangguh. Kegagalan merupakan suatu kejadian yang traumatis bagi mereka, namun berusaha untuk tidak menunjukkannya pada orang lain. Sangat tidak mudah membuat mereka mempercayai orang lain. Sensitifitas mereka yang cukup tinggi membuat mereka memasang tembok tebal untuk urusan emosional. Mereka menyadari bahwa setiap orang memiliki peluang sama besar untuk menyakiti hati mereka. Kepercayaan merupakan suatu hal yang sakral bagi mereka. Hanya orang terpilih yang bisa mendapatkan kepercayaan mereka. Dan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Terlepas dari itu semua, saya melihat sebuah potensi yang luar biasa besar dari dalam diri mereka untuk melakukan sebuah gebrakan besar. Mereka semua pemikir hebat. Memiliki cukup banyak waktu untuk menganalisa. Hanya saja mereka tidak menyadarinya. Sepertinya, butuh booster dengan kekuatan superbesar untuk mengeluarkan semua kelebihan diri yang terpendam cukup lama dan pada akhirnya terlalu dalam untuk digali.

Saya mungkin sok tahu menuliskan ini, tapi entah mengapa, saya begitu yakin dengan potensi yang mereka miliki. Sayangnya, tembok yang menutupi potensi tersebut terlalu tebal untuk dihancurkan.

Totally 100% Sinting

Apalagi coba yang mau saya tulis. Sial, saya mati bosan di kos. Malam minggu, pengen keluar, tapi banyak tanggungan. Ga keluar, sial, kos sepi bener. Ngerjain tanggungan, belum dapet panggilan. Ditambah lagi Jogja sinting banget panasnya. Paket komplit dan tepat untuk mengeluh, komplen, memaki, merutuk, menghujat. Susah sekali saya buat konsentrasi pada satu hal. Apa kek. Misalnya mo nonton tipi, uda lah fokus nonton tipi aja. Ga usah naek turun ga jelas. Ato kalo mo ngerjain tugas, ya tugas aja dikerjain, jangan sebentar-sebentar keluar kamar, naek turun juga. Tidak bisa konsentrasi lebih dari 15 menit saja.

Kalo lagi otak kopyor kaya gini, bisa dipastikan, pikirannya mengelana kemana-mana. Contohnya ini, saya tiba-tiba teringat dengan obrolan waktu reuni SMA kemarin. Saya baru tau kalo ternyata nama saya tercemar selama 10 tahun tanpa saya sadari. Jadi begini lah ceritanya:

Seorang yang tidak bertanggungjawab, menggunakan nama saya untuk mengejar-ngejar seorang lelaki yang notabene temen SMA saya. Ngomong apa aja saya juga ga ngerti. Intinya, perempuan laknat itu menyatakan cinta pada teman SMA saya menggunakan nama saya! Sinting! Ditolak katanya sama teman SMA saya itu. Eh, kok ya ga brenti juga tu perempuan. Dia mendekati adek teman SMA saya, mengejar-ngejar dan menyatakan cinta. Sialaaaaaann..!!! Dan sumpah, saya bener-bener ga tau kalo nama saya disalahgunakan oleh si perempuan iblis itu. Saya baru tau ya pas reuni itu. Langsung lah saya konfirmasi. Tapi kok saya agak sangsi ya konfirmasi saya ditanggapi positif. Sepertinya, nama saya tetep aja jelek. Tetep aja dianggep sebagai perempuan yang ga tau diri, ga punya taste dalam mengejar laki-laki. Sialan emang perempuan sinting itu. Bayangkan, selama 10 tahun nama saya tercemar, difitnah tanpa saya tau!!!

Ga ada guna sebenernya nulis ini..toh uda basi jugah.. Kemaren-kemaren waktu pulang dari reuni, harusnya langsung nulis, tapi males. Baru sekarang keulik lagi, itu juga gara-gara otak kopyor. Tapi saya merasa saya harus menyalurkan energi negatif yang muter-muter ga jelas di tubuh saya. Yah, yah, itung-itung nulis yang ga pake analisa. Nulis yang ga dalem-dalem. Nulis yang bener-bener buat iseng. Nulis yang ga pake pretensi apapun. Nulis yang (semoga) ga akan disalahartikan. Hihihihihihihi..

Kemarin saya menulis sebuah note yang terinspirasi dari obrolan dengan teman. Weiiits, sepertinya ada bau-bau ga enak paska tulisan itu. Ada dong beberapa yang menanyakan ada hubungan apa saya sama orang yang obrolannya menginspirasi note saya itu. Haaaddddaaaaah..apalagi. Pusing saya. Setiap kali saya menulis tentang lawan jenis, selalu ditanya ada hubungan apa. Ga bisa apa nerima kenyataan kalo saya ga selalu harus ada hubungan dengan para lelaki yang menginspirasi tulisan saya? Siapa saja, apa saja, kapan saja, semuanya bisa menginspirasi tulisan saya. Semuanya punya kans sama besar. Tapi memang si, kans lelaki lebih besar untuk saya tulis daripada perempuan. Seperti yang saya katakan pada seorang teman, saya itu lancar jaya kalo nulis tentang lelaki. Dapet gitu lah kemistrinya. Cuma ga nahan emang sama opini publiknya. Gosip, gosip, gosip. Saya si sebenernya ga masalah digosipin, tapi yang jadi masalah, orang yang digosipin sama saya itu. Biasanya ni, mereka, noh, noh, orang yang apes digosipin ada apa-apa dengan saya, pada kegeeran. Pada bingung maunya sendiri. Pada aneh. Pada mikir yang ga-ga. Pada nganggep gosip itu sebagai fakta. Trus ngejauhin saya, trus nyebarin (lagi) gosip baru tentang saya. Ga akan brenti lah tu pemberitaan sinting tentang saya yang tidak mungkin bisa dipertanggungjawabkan secara moral.

Dipikir-pikir, memang butuh mental yang berbeda dari mental orang kebanyakan agar bisa bertahan dari yang namanya badai gosip. Ya kaya saya itu. Lama-kelamaan, saya jadi kebal digosipin. Bodo orang mo ngomong apa, yang penting orang-orang terdekat saya tau kebenaran sejati (jiaaah, bahasanya) saya. Ga gampang mengasah mental supaya kebal. Latihannya beraaaaat. Anggota Densus 88 pun saya ragukan bisa bertahan dari badai gosip. Taruhan, anggota Densus 88 bisa mati gila kalo dapet gosip aneka rasa seperti yang biasa saya dapatkan. Jadi, melalui tulisan ini, saya cuma mo bilang ni, siapapun Anda yang berjenis kelamin lelaki dan tidak memiliki hubungan darah dengan saya, punya kesempatan sama besar untuk digosipkan terlibat dengan saya. Ga tau juga model terlibatnya kaya apa, pokoknya terlibat aja dengan saya. Namanya juga gosip yak, kebenarannya jelas-jelas diragukan, tapi efeknya, dasyaaaat. Kalo merasa cuma punya mental kedele alih-alih tempe, jauh-jauh lah dari saya. Percuma juga kalo mental cuma seupil gitu, ga akan bisa lah ngadepin gosip itu. Daripada, sok-sokan bisa bertahan dan pada akhirnya cuma bikn saya jadi tambah sakit ati karena toh juga pada lari saking ga betahnya sama ujan gosip, lari aja dari sekarang.

Yayayayaya..namanya juga tulisan otak kopyor. Murni luapan energi negatif ga jelas yang sedang mengelilingi saya. Daripada saya buat dosa nikmat, mending saya nulis ajaaah.. Seperti biasa, kalo ada kesamaan tokoh, tempat, peristiwa, kutipan kata/kalimat, itu hanya lah kebetulan semata. Tidak ada niatan untuk melakukan pembajakan apalagi penghinaan yang berakhir pada fitnah. Atas kesediaan Anda semua membaca tulisan ini, saya ucapkan banyak-banyak terimakasih karena Anda telah berperan terhadap eksistensi aset bangsa yang sangat berharga, yaitu saya.

NB: I am totally sinting person, I think.. 100% pure.. Faaaakkkkk..

10.09.2009

Zona Nyaman

Tulisan yang sengaja saya buat untuk menunda mandi dan pada akhirnya menunda mengerjakan tugas akhir.

Ide tulisan ini muncul dari seorang teman lama yang sarap dan cukup sinting lah saya pikir karena terlalu lama berkubang dalam urusan kisah cinta yang menyakitkan.

Teman Saya yang Sarap (TSS): Ealah..harus jauh-jauh kayanya. Phobia sama cewek mens. Gahar (apaan ni artinya saya juga ga ngerti) banget soalnya.
Saya yang Tidak Sarap (STS): Yang jauuuuuuuh skalian, kalo perlu tinggalin kotamu.
TSS: Cuakaka (asli, sebenernya jayus bener model ketawa teman saya ini) Gah! Kotaku terlalu nyaman buatku.
STS: Maka aku akan membuatmu keluar dari zona nyamanmu. Itulah pekerjaan sipikolog (istilah bodoh dari teman saya yang sarap).
TSS: Lah, bukannya terbalik? Sipikolog kan membuat nyaman buat user (loe kate junkie ape, user..istilah teman saya yang sarap itu selalu saja bodoh).
STS: User kaya kaya kamu itu biasanya menyalahgunakan zona nyaman..jadi edyaaan..

Zona nyaman..hmmmm..bagi saya istilah tersebut lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Begitu banyak orang terjebak dalam sebuah wilayah yang disebut zona nyaman. Stuck in there..!! Dan ini sedikit dari sekian banyak contoh.

Berapa banyak teman saya terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak sehat hanya karena dia terlanjur nyaman dengan hubungan tersebut. Menangis, sakit hati, sudah bukan hal yang ditakuti. Justru menjadi semacam candu. Pacar berbicara kasar, memaki dan bahkan memukul, sudah menjadi menu utama. Jika hal tersebut hilang, menjadi semacam pertanyaan, "Apakah dia sudah tidak mencintaiku lagi..?" Kalau curhat, seolah-olah hidupnya menderita sungguh, tapi begitu diminta untuk meninggalkan sumber derita, responnya, "Aku ga bisa idup tanpa dia. Meskipun dia kasar, aku tau kok kalo sebenernya dia mencintaiku." An**ng, ngomong sana sama tembok, jangan sama saya!

Atau seorang teman yang dari lahir sampai punya anak, tinggal di kota tempat saya dibesarkan. Kalau saya bertemu dengannya, nongkrong, ngopi-ngopi, hujatan tentang kota tersebut dengan deras mengalir. Yang katanya kotanya ga maju-maju lah, nanggung lah, ndeso lah, ga ada hiburan lah ato apa lah. Belum lagi kalau belanja dia harus pergi jauh-jauh ke ibu kota kerena ibu kota menyediakan kebutuhan yang lebih sesuai dengan seleranya. Trus saya tantangin dia untuk meninggalkan kotanya sekarang dan menuju ibu kota. Responnya, " Ga ah, repot. Di sana pada mahal, macet, banyak keramaian. Di sini aja, tenang, damai." T**!!!

Saya berpikir, zona nyaman membuat orang menjadi tidak berkembang. Terbuai kemudian menjadi malas. Sudahlah, mau mencari apa lagi. Cukuplah, toh kebutuhan sehari-hari juga tidak berkekurangan. Looks like has no fight! Zona nyaman tidak selamanya hal yang benar. Perlu kita waspadai bila zona nyaman tersebut sudah mulai menjadikan kita memiliki progres kehidupan yang lambat, stagnan atau bahkan mengalami kemunduran. Zona nyaman itu seperti pisau yang tajam. Terkadang, dia diperlukan dan sangat membantu kita, di sisi lain, dia bisa membunuh kita.

Bagaimana kita bisa melihat zona nyaman akan menjadi bencana bagi kita? The answer is only one!! Just be honest with your self.Buang semua pertahanan diri kita. Benarkah kondisi seperti ini membuat kehidupan kita menjadi lebih baik dari sebelumnya? Sungguhkah kondisi seperti ini yang benar-benar kita inginkan? Dan jika jawabannya tidak, sudah tahu lah kita harus bagaimana. Waktunya untuk mencoba sesuatu/seseorang yang baru. Come on, masih banyak hal-hal baru yang menanti kita. Kita tidak akan pernah tahu kalau kita tidak mencoba. Kita tidak akan mati hanya karena kita mencoba sesuatu yang baru. Kita juga tidak akan kehilangan nyawa hanya karena memutuskan sebuah hubungan tidak sehat yang sudah berlangsung puluhan tahun. Kita hanya bisa mati kalau yang memberi kita nyawa menginginkan kita mati.

Jangan pernah berhenti pada satu titik, walaupun titik tersebut memberimu kenyamanan..!

NB: Dear teman saya yang sarap, PEACE..;p
Sepertinya saya sedang menjadi bukan diri saya dengan menulis tulisan yang inspiratif ini. Tapi begitu lah saya, selalu mengagetkan banyak pihak dengan begitu banyaknya talenta saya (ciieeeeeee..cuit, cuit, cuit). Contoh terdekat adalah efek tulisan ini bagi saya, note ini telah membuat saya sendiri terkejut. Kenapa saya lebih memilih menulis note ini daripada mandi dan kemudian mengerjakan tugas akhir saya. Faaaaakkkkk..!!!

10.07.2009

Penis dan ABG

Saya sedang jengkel dengan tugas akhir saya. Selalu saja kurang, kurang dan kurang. Revisi, revisi, revisi terus. Jadi, sebagai pengalih perhatian sementara, saya menerima tawaran dari teman saya untuk mengisi pembekalan bagi remaja di salah satu SMU negeri.

Friend of mine (FM): Bun (ini panggilan beken saya), tolongin si ngisi materi di sma'ku. Topiknya pasti kamu suka.
Me (M): Apaan topiknya?
FM: Kesehatan reproduksi..!!
M: (dengan mata berbinar karena menemukan waktu berbicara tentang seks) Yoyoi.. Siap..tapi materi kamu lah ya yang nyiapin.
FM: Wokewokewoke..tapi ada NAPZAnya juga..
M: Halah, kok pake NAPZA..(merutuk karena waktu berbicara tentang seks akan terpotong oleh topik yang saya tidak sukai.)

Dan tiba lah hari bersejarah itu. Hari dimana saya bisa berbicara tentang seks.
Bla, bla, bla..dimulai dengan pembuka, bla, bla, bla, dan ini lah saatnya..

M: Apakah reproduksi itu?
Remaja (R): Proses berkembang biak untuk menghasilkan keturunan (bahasanya biologi sangat dan tidak bercacat. Gurunya pasti senang. Muridnya sopan dan pandai.)
M: Waaah, pintar. Apa saja alat reproduksi itu?
R: Ya itu.
M: Itu apa?
R: Ya itu. (Salah satu contoh jeleknya metode pendidikan di negara saya tercinta).
M: Oke, alat reproduksi laki-laki apa?
R: Ituuuuuu..(mulai saya jengkel dengan metode pembelajaran yang mereka terima).
M: Ooooo, jadi buku biologi bilang kalo alat reproduksi laki-laki disebut itu?
R: Iyaaaa..(Saya jadi ingin tahu, siapa guru biologi mereka).
M: Baiklah, karena kalian ga mau bilang apa alat reproduksi laki-laki, saya saja yang sebut (waaaaah, saya akan menyebutkan salah satu bagian kesenangan saya). Alat reproduksi laki-laki disebut penis!
R: Hiiiiiiiiiiiiiiiiii..mbaknya njijiki.
M: (dalam hati saya mengutuk mereka).
Akhirnya saya dengan setengah memaksa, meminta mereka untuk mengulang kata penis tersebut. Ada yang tetap tidak mau mengikuti permintaan saya dan hanya diam saja.

Berbicara tentang seks bukan hal yang mudah di Indonesia. Budaya yang turun temurun menjadi salah satu penghambatnya. Tabu, jorok, porno, saru atau apa lah istilahnya. Ironisnya, perilaku seks masyarakatnya, luar biasa memprihatinkan. Peningkatan kehamilan di luar pernikahan atau penyebaran penyakit seks menular yang memprihatinkan. Ini lah akibat kebodohan yang dibuat sendiri. Dibicarakan secara terbuka, tidak diperbolehkan. Ditutupi, jadinya malah busuk.

Apa lah ruginya membicarakan seks dalam koridor yang jelas. Dalam fungsi pengetahuan, misalnya. Ilmiah sebenarnya. Sangat ilmah, sarat dengan teori-teori yang disertai bukti keilmuan, tetapi kenapa masih saja susah untuk dibicarakan? Di kalangan akademik, baiklah, tidak ada masalah. Di kalangan awam?

Satu hal ironik yang saya dapati ketika saya berbicara beberapa hari lalu, keseluruhan dari mereka enggan menjawab pertanyaan saya tentang nama alat reproduksi laki-laki, tetapi mereka bisa menyebutkan tentang cupang, cipok dengan mudahnya. Bayangkan, koridor pertanyaan saya jelas dalam batasan keilmuan, dan mereka ENGGAN menjawab. Justru mereka tanpa beban berbicara tentang istilah-istilah terkait dengan seks di luar keilmuan. Saya yang sinting atau bagaimana?

Seorang dari mereka ada yang bisa menjawab tentang aktivitas seksual yang dapat mengarah pada hubungan kelamin. Kissing, necking dan petting. Maka saya pun menjelaskan satu persatu tentang tiga hal tersebut. Ketika tiba di bagian petting, mulai lah saya menuai tanggapan: yeeeeekkk, nggilani, njijiki. Bahkan beberapa saya lihat ada yang sampai menutup telinga sambil geleng-geleng ketika saya menjelaskan tentang petting. Sekali lagi, saya terenyuh melihat keadaan tersebut.

Di tahun seperti ini, dengan kemajuan teknologi dan banyak hal lainnya, seks masih saja menjadi hal yang sulit untuk dibicarakan secara terbuka bahkan dalam koridor pendidikan. Padahal menurut Maslow, seks sebagai kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar dari seorang manusia. Kalau keberadaannya saja masih sering ditutupi dengan alasan kesopanan, mau dapat informasi benar bagaimana coba. Hasilnya, banyak yang meraba-raba, mencoba-coba tanpa panduan yang tepat dan berdampak sangat buruk. Namun ketika seseorang mencoba menelusuri lebih dalam tentang seks dalam rangkan mendapatkan panduan yang tepat, jalan mereka dihambat. Misal: Anak kecil yang tanpa sengaja melihat tayangan orang sedang berciuman kemudian menanyakan kepad orangtuanya, berapa banyak orangtua yang bisa menjelaskan dengan tepat? Paling-paling dijawab, itu urusan orang dewasa atau huussssh, masih kecil, jangan tanya yang macem-macem kaya gitu atau langsung televisi dimatikan. Begitu susahkah menjelaskan hal yang benar tentang seks? Sangat fatal kalau kita sejak dini tidak memberikan informasi yang tepat tentang seks.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk menginformasikan seks dengan tepat guna..

9.16.2009

Kedele oh Kedele

Insight tulisan ini muncul secara impulsif (kaya biasanya laaah) waktu saya sedang gosok gigi, mau mandi, mau pergi ke rumah Elin buat ngerjain tesis. Sedang bugil ketika ide muncul di benak saya laksana meteor. Syuuut..blar..langsung, buka pintu kamar mandi, pake baju, nyalain komputer.

Ini tentang kedele saya..yayayayayayaya, another story about man surround me.. Jangan bosen ya.. Memang si, topik tulisan itu bukan melulu tentang lelaki, tetapi entahlah, saya lebih lancar dan enjoy menulis tentang lelaki. Yang ga sealiran, maaf yee..

Siapa si kedele itu..? Pertanyaan yang lumayan sering saya dapat di twitter saya. Kedele itu seorang lelaki yang saya temui satu tahun yang lalu. Dimanakah saya bertemu? Di sebuah tempat rahasia dimana hanya saya dan kedele yang tahu. Hihihihihhii.. Sebagai perempuan lajang, penampakan kedele ini cukup menarik perhatian saya, secara cuma kedele lah waktu itu lelaki single di tempat saya melihatnya. Ting, ting, ting, alarm tubuh saya bunyi. Siapa tu, siapa tu, siapa tu, bole dong, bole dong, bole dong..

Akhirnya, kenal lah saya dengan si kedele ini. Deket lah kita. Ngobrol, nonton, nongkrong, aktivitas sehat bersama (jiaaah, aktivitas sehat..??? )hingga bertengkar bareng. Hubungan yang bermula baik, indah dan so sweet berubah menjadi hubungan seperti neraka. Kedele marah besar pada saya, sedangkan saya merasa apa lah kedele ini marah-marah. Ga penting. Maklum, umur yang sebaya membuat persaingan ego begitu membara. Okey, kedele marah besar. Silakeun, emang cuma dia lelaki di dunia ini.. Plis d.. Dan kedele pun menghilang dari kehidupan saya untuk kali pertama.

Tapi kok saya merindukannya. Weeitts, sudah, sudah, lupakan. Saya hapus semua nomor teleponnya dari ponsel saya, agar saya tidak gatel menghubungi dia. Sekian lama, kedele kembali. Dan seperti tidak terjadi apa-apa, kembali saya dan kedele melakukan aktivitas bersama. Ketawa bareng. Dan hingga akhirnya, beberapa hari kemudian, kedele kembali marah pada saya. Entah lah, saya tidak tahu persis kejadian apa yang membuat kedele naik pitam terhadap saya. Kedele menghilang dari hadapan saya untuk kali kedua, meninggalkan saya dengan raut muka masam. Dan saya pun tidak berusaha mengerjarnya. Hanya saja, saya mengirimkan sms:
...Maaf...
Saya tidak tahu pasti kesalahan apa yang saya perbuat sehingga si kedele murka pada saya. Tapi sudah lah, tidak ada salahnya meminta maaf untuk menjadikan kondisi menjadi lebih baik.

Kembali saya merindukannya. Saya kirim lah sms:
...Miss u so...
There was no reply. Padahal, untuk mengirimkan sms itu, saya butuh masukan dan penguatan dari begitu banyak pihak. Dan akhirnya saya berkata bahwa kedele tidak menginginkan saya. Saya hapus lah nomor teleponnya untuk kedua kali. Dan saya pun menyibukkan diri dengan aktivitas saya, melupakan kedele. But somehow, saya meyakini kedele akan kembali.

My birthday. He's back. Said happy birthday. Bla, bla, bla, bla, saya dan kedele pun bertemu. Seperti yang lalu, tidak ada yang aneh dengan saya dan kedele. Ketawa, ngobrol. Untuk kali ini, saya bertekad untuk tidak membiarkannya hilang kembali. Tidak akan ada pertengkaran agar kedele tidak pergi. Saya buang sebagian besar gengsi saya, yang setau saya sangat tidak disukai oleh kedele. Bahkan saya memintanya berjanji pada saya untuk tidak hilang. Dan setau saya, kedele tidak mengabulkan permintaan saya.

Hari ini, kedele kembali menghilang. Tidak ada pertengkaran diantara saya dan kedele. Setau saya, kami berpisah dengan senyuman juga tawa. Menurut saya, kami baik-baik saja. Tetapi entah lah, batin saya mengatakan bahwa kedele kembali hilang. Sms-sms saya seperti biasa, tidak mendapatkan respon. Mungkin ini memang siklus kedele. Seperi siklus menstruasi. Kalo lancar, kedele akan datang 28 hari sekali. Kalo lagi stres, kedele bisa dateng 2-3bulan sekali. Tergantung kondisi hormon dan psikologis juga. Dan sepertinya, saya harus memahami itu.

Kedatangan kedele yang terakhir tidak direspon baik oleh orang-orang di sekitar saya yang cukup tahu tentang pola kedele. Mereka berpendapat bahwa kedele tempo-tempo. Hanya ketika dia membutuhkan saya, kedele akan datang. Isi bensin, trus pergi. Bensin habis, dateng lagi. Bisa jadi. Toh saya juga tidak pernah tahu apa yang sebenarnya ada di benak si kedele.

Berapa banyak teman mengatakan bahwa He's just not that into me . Dan saya secara logika pun juga setuju dengan pendapat itu. Namun entah lah, ada sesuatu dalam diri saya yang menyangkal pendapat itu. Bisa jadi terkait dengan kesendirian (heilooooo..hhihihhihihihi). I'm just a human being, just like other. Need someone to share, need someone to love and being loved, need someone lah judulnya. Untungnya, seseorang menjewer kuping saya, dan saya pun terbangun dari periode desperado. Bila memang kedele itu ditakdirkan bersama saya, maka terjadi lah. Kalo tidak, sial..Hahahahahahaha..

Dan ini lah imajinasi saya beberapa bulan ke depan, ketika siklus kedele kembali:
Kedele (K): I'm back..
Saya (S): Hmmmmm..
K: Keluar..?
S: No, thx u..
K: Hei, what's matter with u..?
S: Oh, kedele, tau kah engkau betapa hatiku terluka. Kau datang dan pergi sesuka hatimu. Mempermainkan perasaanku. Membiarkanku berharap. Kedele, biarkan aku dengan jalanku, dan kau dengan jalanku. Jangan kau ganggu aku lagi. Tak ingin ku kembali terluka mengharapkanmu terus ada di sampingku.

Saya pun beranjak meninggalkan kedele sendirian

...daaaaannnnn...ternyata, sodara-sodarar, kedele berlari menghampiri saya, merengkuh saya (apaan si ini bahasanya, stensilan amat..) trus bilang: Hidup lah bersamaku, isi lah relung hatiku yang hampa tanpamu.. (asli, ini kalimat kampung amaaaaaatt..benci gw..)

Hahahahahahaha..namanya juga imajinasi, let me act like drama queen..

Kedele, kedele..nice to know you.. Keberadaan kedele memberi warna dalam hidup saya. Sebagai individu yang bebas, hak kedele lah mo ngapain aja. Mo dateng, silakeun, mo pergi, monggo monggo sajaah. Toh saya akan tetap baik-baik saja. Seperti yang saya katakan kepada teman saya melalui sms:
.. Mungkin memang belum menjadi keberuntungannya untuk mendapatkan saya kalo dia menghilang lagi seperti sekarang..

9.13.2009

It's Me, The Birthday Girl

Kemarin saya ulangtahun. Dari sekian banyak ucapan yang masuk, ternyata ga ada ucapan yang saya tunggu dari seorang yang menurut saya memiliki hubungan cukup dekat dengan saya. Akhirnya, menjelang habisnya masa ulangtahun saya, saya kirimlah sms ke seseorang itu:

"Actually, i'm waiting birthday wishes from you"

tit,tit, tit, sms balasan pun muncul:

"Actually, there's a birthday kiss after sunset."

Saya pun membalasnya:

"Dan seperti biasa, ga perlu diomongin. Cukup kamu aja yang tau..?"

Sms pun berhenti sampai di situ.

Penyakit memang, susah banget seseorang ini untuk berkata-kata pada saya. Semua-semua cuma bahasa kalbu. Menawarkan sebuah perjalanan di akhir pekan..kalo saya tidak kembali memastikan, dia ga akan pernah bilang kalo perjalanan itu dibatalkan.

Bukan pertama dia bertingkah seperti ini. Apa yang berlaku pada pria-pria semacam ini..?

Aaarrggghhhh..

He's Just Not That Into Me

Nulis di FB uda ga gitu aman. Apalagi kalo mo ngata-ngatain orang. Kaya yang berikut ini ni..

Jelas lah, jenis kelamin laki-laki. Males saya kalo nulis tentang perempuan. Kata temen-temen saya, dia cukup menarik. Ya iya lah, dengan postur tubuh tinggi besar, muka lumayan, terawat, lumayan wangi plus profesinya sebagai seorang yang kalo di luar negeri sana disebut M.D..!! Ya jelas lah dia menarik.

Si M.D ini duh, amit, amit, keras kepalanya. Mo menang sendiri. Tapi pinter banget pasang muka tak berdosa di depan khalayak umum, terutama kaum perempuan. Jadi para perempuan, ga ada yang percaya kalo saya bilang si M.D ini super ngeselin mampus. Respon yang ada, kamu aja kli yang kurang sabar. Kamu aja kli yang kurang pengertian. Iiiiiiiiiiihhhhhhhh, gemes saya.

Kaya pagi ini, si M.D berulah. Semalem, si M.D pulang sampe larut. Sebenernya saya mengingatkan dia untuk tidak pulang larut karena pagi ini saya berencana minta ditemani jalan pagi. Si M.D mengiyakan. Tapi waktu dia pulang, perasaan saya kok ga enak ya. Soalnya, sebelum pulang, dia bilang mo nonton bola. Mana lah bisa dia bangun pagi klo nonton bola sampe subuh. Dan pada akhirnyaaaaaa..si M.D kesiangan..!!!!! Dan batal menemani saya jalan pagi..!!!!!!!! Keselnyaaaaaaaaaaaaa saya ini..

Tenang, itu bukan kejadian pertama kli dalam kehidupan saya bersama si M.D. Ini sudah yang ke sekian kali. Nanti, kalo saya marah (ngambek istilah si M.D), dia akan berkata saya ini orangnya ga bisa santai. Sriusan. Menganggap segala sesuatu terlalu dalem. Siaaaaaaaaaaaaallllllllllllllllll..Tapi, kalo nanti giliran dia yang ngambek, lamaaaaaaaaaaaaaaanyaaaaaaaaaaa..sebulan juga betah..

Setau saya, setiap kali dia marah pada saya, saya ga pernah tahu jelas apa yang menyebabkan dia marah. Paling, dia cuma bilang dia lagi sebel. Trus ilang, sebulan. Nanti muncul lagi dengan tampang tak berdosanya. Keki mampus saya tu.

Suatu ketika, saya pernah protes dengan perilakunya yang super menjengkelkan, yang berbeda 180 drajad dengan perilaku yang dia tampilkan di publik. Dia bilang, cuma kepada saya dia bisa menampilkan sisi asli dirinya. Sisi asli yang ngambekan, sisi asli yang menjengkelkan. Smua sisi yang ga ada bagus-bagusnya.

Kesel, kesel, kesel, pokoknya saya keseeeeeeeeeeeeel mampus sama kelakuannya. Tadi si dia bilang mo mengganti ketidakhadirannya dengan hadir nanti sore. Tapi kok saya ga percaya dia akan lakukan itu..paling-paling juga yang ada nanti sms: Sorry, ada acara mendadak. Ga bisa menemuimu.

Dasar, M.D sok..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Yang lebih dasar lagi, kok ya saya itu memendam rasa juga sama si sok itu..!!!!!!!!!!!! Dasar saya sinting..!!!!!!!!!

9.09.2009

I am Gossip Girl -XOXO-

Masnya yang pake baju item, saya mengklaim sebagai orang yang tau kalo kamu putus dan maaf yaa, saya yang menyebarkan info itu ke orang laen. Denger-denger, kalian putus karena kamu bau ya.. Uuppss, maaf.. -xoxo-

Mbaknya yang baek di sana, berita bahwa kamu hamil, itu dari saya. Kalo ternyata itu bukan, maaf juga, soalnya beberapa hari ini saya melihatmu bertambah genduuuut.. -xoxo-

Om yang ganteng, saya tau juga kemana larinya uang gaji Om selama dua bulan terakhir, yang pasti bukan buat bini Om..-xoxo-

Tante yang bohai, kok tas Tante uda ganti lagi, bukannya kemaren Tante bilang lagi ga punya duit tu..Hmmm, jangan-jangan, si Om ganteng itu yang belikan buat Tante..-xoxo-

Saat ini, gosip menjadi sebuah kebutuhan pokok. Bila kebutuhan itu tidak terpenuhi, sakit lah badan. Penyedia gosip, biasanya juga pengguna gosip. Mereka launching gosip baru, mereka juga harus mendapatkan gosip baru. Kaya ayam, bawah keluar, atasnya harus diisi dulu.

Dua alasan umum mengapa penyedia gosip itu tergila-gila pada gosip.
1. Alasan dendam
Biasanya, gosip yang disediakan oleh penyedia gosip tipe ini terfokus pada satu hal. Misalnya: Rita Skeeter dalam Harry Potter. Secara stabil dia menyediakan gosip tentang Harry Potter dan orang-orang yang terkait.
2. Alasan hobi
Kalau yang ini, rata. Semua orang, semua hal, semua tempat dan semuanya berpotensi menjadi bahan gosipnya. Bagi saya, ini sudah patologis. Dia tidak bermaksud melukai hati orang lain dengan mulutnya yang ga pernah sekolah, tetapi yang pasti, yang dia tahu, kalau dia tidak bergosip, dia akan mati. Jadi pilihannya, bergosip atau mati. Hari ini dia bisa bergosip tentang kucing tetangga. Besok dia mungkin akan bergosip tentang Blackberry. Bisa jadi, lusa dia bisa bergunjing tentang orangtuanya. Satu hal yang pasti, dia tidak akan bergosip tentang dirinya. Tapi ga juga si. Bisa-bisa aja dia bergosip tentang dirinya. Hanya saja, pemberitaan tentang itu bisa dipastikan bermuatan positif ajaah.

Paling susah memang menghadapi tipe penyedia gosip yang kedua. Mau marah, wong ya namanya juga itu penyakit. Kalau kita marah, trus dia sadar, dia ga bergosip lagi, dia mati lah. Kasian kan, cepet bener idupnya di dunia ini. Biarkan lah penyedia gosip tipe kedua ini hidup dengan usia yang panjang dengan memfasilitasinya. Semakin banyak materi gosip yang dia miliki, semakin panjang pula umurnya. Someday, akan dipatenkan sebagai sebuah resep tradisional umur panjang, JADI LAH PENYEDIA GOSIP.

Namun, jangan salah, para penyedia gosip, terutama tipe kedua, tidak pernah sadar kalau dia itu penggosip kelas wahid. Tampang tidak berdosa. Punya banyak teman. Populer. Menyenangkan. Siapa yang akan percaya dan meyakini bahwa dia si XOXO..?

Hahahahahahahahahahaha..it

u lah bedanya patologis mental dan patologis fisik. Yang mental, tidak kasat mata. Hanya orang-orang dengan kemampuan luar biasa yang bisa merasakannya. Sedangkan yang fisik, woooo, akan segera dikenali oleh panca indera. Jadi, bila Anda bertemu dengan si XOXO ini, terutama tipe kedua, sabarkan lah usus Anda. Biarkan lah si XOXO ini melakukan hobinya, atau Anda akan melihatnya mati di usia muda karena tidak bisa menyalurkan kesenangannya.

My beloved Gossip Girl, I love u so.. Begitu besarnya cinta saya padamu, saya biarkan kamu memasuki ranah pribadi saya, menghancurkan halaman saya, mengobrak-abrik rumah saya, karena hanya dengan itu kamu bisa hidup. Saya tidak ingin melihatmu mati cepat.

Mas Mantan Saya

Semalem tadi, mas mantan datang menghampiri saya..dalam mimpi yang kemudian menjadi petaka bagi saya hari ini karena saya bangun dengan kondisi perasaan yang so fucking awfuuuuuuuul full full. Apa yang mas mantan lakukan ketika dia mendatangi saya dalam mimpi? Dia datang surprisingly ke kosan saya, membawa hadiah, memeluk saya sambil bilang "Happy birthday, bun.. I love you.."

That is so fucking impossible shit. Saking ga mungkinnya, makanya hari saya saat ini luar biasa tidak menyenangkan. Yang pasti, sejak saya bangun hingga saat ini, jantung saya masih berdetak kencang kacau balau gitu. Untuk sedikit mengalihkan rasa tidak nyaman, saya mengirim pesan ke teman dekat..

Saya(S): Kamu tau, semalem aku mimpi dia dateng ke Jogja pas aku ultah..trus kita balikan lagi.. I miss him so..
Teman(T): Hahahahaha..ati-ati ya, bun. Ntar bisa mimpi basah. Kadang memang cinta tu mengalahkan logika ya..Kamu mau impulsif hubungi dia..? Btw, kamu ada berita dia putus? Kok mimpimu aneh..
S: Ga ada brita apa-apa. Aku cuma kangen aja. Sedih sekarang. Huw, huw, huw..
T: Sepertinya itu keinginan bawah sadar yang direpres ya..setelah putus, kamu pernah bilang kalau masih sayang dia?
S: Ga lah..sinting kali..
T: Jadi jangan sinting ya..Tapi menurutmu, dia tau ga?
S: Aku ga tau juga.
T: Kemungkinan itu selalu ada kan ya, bun..

Kemungkinan apa yang selalu ada? Kemungkinan bahwa mas mantan tahu saya masih menyayanginya? Kemungkinan bahwa mas mantan tahu saya merindukannya sangat? Kemungkinan bahwa mas mantan akan datang di hari ulang tahun saya? Hahahahaha..sudah lah..kemungkinan itu hanya Tuhan yang tahu. Seberapa besar realisasinya, ya cuma yang punya dunia ini yang tahu pasti.

Opa Freud bilang mimpi merupakan representasi alam bawah sadar sebagai akibat dari represi atau penyangkalan keinginan sadar. Ada betulnya juga. Sebagai manusia yang berfungsi sepenuhnya, saya sadar bahwa ternyata saya merepres dan sedikit menyangkal perasaan saya yang sebenarnya terhadap mas mantan. Maklum lah, masih sakit ati kalau inget apa yang mas mantan lakukan pada saya. Sehingga muncul lah sebuah mekanisme pertahanan diri: Sinting kali ya kalau saya masih menyimpan rasa padanya.

Hingga akhirnya tubuh saya pun tidak bisa lagi melakukan penyangkalan itu. Muncul lah mas mantan semalam dengan manisnya dalam mimpi saya. Untuk menyicil keinginan tidak menyangkal perasaan saya, atas anjuran teman, saya menuangkan dalam bentuk tulisan. Setipe dengan seorang teman kos yang ampun-ampun rese'nya, saya cukup gila publikasi. Muncul lah kini sebuah tulisan yang menarik hati dan sangat menantang untuk Anda baca yang merupakan representasi perasaan saya yang sedang huw, huw, huw, huw..

Apapun itu, mas mantan, i want u to know that i really miss u so..dan sedikit bonus untukmu, mas mantan, atas anjuran teman saya, rasa sayang itu masih ada..

Choose Your Reason

Baru aja ngebaca tulisan seorang teman tentang "alasan" dan "hikmah". Bukan dua hal itu yang menarik perhatian saya. Tetapi pemilihan kasus pembuka tulisan itu:

Pasti seorang perempuan memiliki alasan kenapa memilih pria beristri sebagai pasangan gelapnya.
Pasti seorang perempuan memiliki alasan kenapa menjadikan seorang laki-laki yang nggak mutu untuk jadi pasangannya.
Pasti seorang perempuan memiliki alasan kenapa tidak bisa percaya sama seorang laki-laki manapun di dunia ini selama hidupnya.

Saya balik aja lah,

Pasti seorang lelaki beristri memiliki alasan kenapa memilih perempuan lain sebagai pasangan gelapnya.
Pasti seorang lelaki memiliki alasan kenapa menjadikan seorang perempuan nggak mutu untuk jadi pasangannya.
Pasti seorang lelaki memiliki alasan kenapa tidak bisa percaya sama seorang perempuan manapun di dunia ini selama hidupnya.

Hanya saja sebenarnya saya lebih sreg bila,

PASTI SESEORANG MEMILIKI ALASAN KENAPA MEMILIH ORANG LAIN YANG SUDAH TERIKAT DALAM SEBUAH PERKAWINAN SEBAGAI PASANGAN GELAPNYA.

PASTI SESEORANG MEMILIKI ALASAN KENAPA MENJADIKAN ORANG LAIN YANG NGGAK MUTU UNTUK JADI PASANGANNYA.

PASTI SESEORANG MEMILIKI ALASAN KENAPA TIDAK BISA PERCAYA SAMA LAWAN JENISNYA DI DUNIA INI SELAMA HIDUPNYA.

Karena semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memilih alasan mereka.

8.29.2009

My Side that You Never Know

Kewajiban menulis saya itu sebenarnya didedikasikan full untuk tesis saya. Tapi setiap kali buka komputer dan tersambung secara otomatis dengan internet, kewajiban tersebut tiba-tiba menemui hambatan yang luar biasa tangguh dan bahkan tidak mampu terpecahkan..(adaaaa aja alesannya buat ngeles dari tesis..). Akhirnya, daripada tidak menulis, mending juga saya menulis yang ga penting ajaaah..toh genrenya sama, menulis. Kata orang bijak, mending lah daripada tidak menulis sama sekali.

Jadi, setelah beberapa hari ga tau mau menulis tentang apa, tadi iseng-iseng buka KapanLagi.com, awalnya mau mencari gosip selebriti, trus karena gosipnya tidak begitu hot, bergeser melihat resep masakan, tapi ternyata, resep-resep masakannya malah bikin laper, ya dialihkan ke zodiak. Hingga saya menemukan sebuah judul "Panduan Parfum Berdasarkan Zodiak".

Ga penting sebenernya parfum yang disarankan untuk saya sesuai zodiak saya. Tetapi penggambaran kepribadian saya di situs tersebut yang lebih menarik perhatian saya.

"VIRGO: sosok lembut yang mencerminkan wanita yang sesungguhnya. Namun jangan salah, jika Anda menyakiti sosok Virgo maka ia akan meluapkan emosi yang tak pernah Anda duga."

Bieuh, bieuh, lhoh kok saya banget. Hanya saja, sebagian besar orang yang mengenal saya, pasti ga akan pernah trima kalau saya disebut sebagai sosok lembut, mereka lebih setuju bagian tentang meluapkan emosi. Memang si, untuk masalah meluapkan emosi, saya jagonya. Bahkan emosi orang lain pun, saya yang luapkan. Malah saya sempat berpikir untuk membuka bisnis baru: Menyediakan Jasa untuk Meluapkan Emosi. Sayangnya, karena masalah niat, pikiran tersebut belum sempat ditindaklanjuti.

Balik lagi ke masalah sosok yang lembut vs peluapan emosi, saya jadi terpikir bahwa saya hidup di EMPAT JENDELA. Ada lah teori tentang itu, terkenal dengan nama JOHARI WINDOW, cuma kalau ini bukan tentang itu, hanya terinspirasi dari situ..
1. JENDELA PERTAMA SAYA
Jendela dimana saya tahu, orang lain juga tahu, ya masalah peluapan emosi itu.
2. JENDELA KEDUA SAYA
Jendela yang khusus buat saya, dan orang lain tidak tahu, ya lembutnya saya itu. Tapi sebenernya, orang-orang tertentu tahu, meskipun jaraaaang banget, khususnya lelaki-lelaki yang pernah singgah di hatikyuuu..(halaaah..)
3. JENDELA KETIGA SAYA
Ini jendelanya para orang yang suka banget bergunjing tentang saya, mereka tahu tapi saya ga tahu. Misalnya saja, saya digosipkan terlibat cinta dengan X, padahal berkomunikasi dengan X jarang saya lakukan.
4. JENDELA KEEMPAT SAYA
Jendela ini sangat aneh, karena saya tidak tahu dan orang lain pun tidak tahu. Kalau yang ini, ONLY HEAVEN KNOWS..

Belakangan hari ini, saya sedang senang duduk menghadap jendela kedua saya. Karena di jendela ini, saya benar-benar bisa menikmati diri saya tanpa gangguan siapa pun. Banyak hal yang sedang tidak ingin saya bagi dengan publik karena publik sedang menjadi musuh saya.

Banyak orang menyebut saya sebagai orang yang suka mengintimidasi karena saya judes, jutek, galak, kasar, arogan, angkuh, sombong, ketus, sadis dan apa lah itu sebutannya. Saya tidak menampik itu, karena saya menyadari memang itu lah yang saya tampilkan. Hanya saja, seorang teman kemarin bertanya pada saya, mengapa saya menonjolkan sisi negatif saya kepada publik dan mengaburkan kekuatan positif yang saya miliki. Apa yang saya dapat dari itu..? Hanya akan membentuk opini publik tentang betapa buruknya saya, teman saya mengemukakan lebih lanjut.

Obrolan singkat dengan teman saya tersebut menginspirasi saya banyak hal. Apa yang saya cari dengan bersikap arogan, angkuh, kasar atau apapun itu..? Dan ini lah jawaban yang saya dapat setelah saya berbincang dengan diri saya sendiri tentang alasan di balik sikap intimidatif saya, PERLINDUNGAN ATAS KERAPUHAN DIRI SAYA.

Anda tidak pernah tahu bahwa saya merasa sendiri. Anda tidak pernah tahu bahwa saya merasa terintimidasi oleh beberapa dari Anda. Anda tidak pernah tahu ketakutan-ketakutan diri saya. Anda tidak pernah tahu betapa rendah rasa percaya diri saya. Dan saat ini, saya ijinkan Anda mengetahuinya..

;;