7.02.2009

THE GAME

Perseteruan saya dengan seorang teman ternyata melebar kemana-mana. Setelah beberapa lama dia menghilang, tidak ada kabarnya dan saya hanya sempat mendengar bahwa dia sedang ingin membumi, akhirnya dia kembali. Dia mulai aktif lagi menyapa dan berinteraksi dengan teman-teman lana melalui dunia maya. Termasuk dengan saya. Sebenarnya, saya tidak menyangka dia akan menyapa saya melalui sebuah komentar di halaman FB saya, mengingat sejarah kelam diantara saya dan dia. Saya pun membalas komentarnya. Dalam sebuah tulisannya, dia mengatakan bahwa perlakuan saya terhadap dia membuatnya terpuruk, namun sekarang dia sudah kembali bangkit. Serta merta, muncul perasaan sangat bersalah terhadapnya. Saya menghubungi dia. Telepon saya tidak diangkat. Sedang sibuk katanya melalui sms. Beberapa percakapan via sms tidak juga mampu membujuk dia untuk mau berbicara langsung dengan saya. Akhirnya saya menulis penyesalan saya di halaman FB saya.

Dia orang pertama yang menuliskan komentar. Saya pun membalasnya. Saya berusaha menyikapi komentarnya (yang sinis menurut saya) dengan komentar bercanda. Beberapa kali saya dan dia berbalasan komentar. Besoknya, semua komentar dia di tulisan saya, HILANG..! Ada yang tidak beres rupanya. Saya membuka halaman FB'nya..ternyata saya tidak bisa membukanya. Saya diblok..!!

Saya gregetan. Saya tulis lah tulisan tentang kelakuan dia yang membatasi akses saya membaca halaman FB'nya. Saya berharap dia membacanya. Dan dia memenuhi harapan saya. Dia membaca dan berkomentar. Kali ini komentarnya dipenuhi dengan emosi..!! Dia mengatakan bahwa saya mengalami distorsi pikiran dan membutuhkan bantuan psikiater. Komentar dia pun dikomentari oleh beberapa teman saya dengan bercanda. Saya pun demikian. Tetapi rupanya bercandaan saya dan teman-teman tidak dianggap sebagai sebuah candaan olehnya. Dia HILANG dari daftar teman saya di FB. Saya pikir wajar, karena dulu dia pun melakukan hal yang sama di FS. Namun yang aneh, dia juga hilang dari daftar beberapa teman-teman saya yang juga teman-temannya.

Mungkin dia kembali bertapa dan memutuskan koneksi dengan teman-temannya. Tidak semua teman saya pikir, tetapi dia khususkan pada teman-teman yang mengancamnya. Kalau saya berada pada peringkat pertama yang mengancamnya, saya bisa pahami. Namun kalau teman-teman saya lainnya..? bahkan beberapa diantara mereka, saya melihatnya, hanya memiliki intensitas interaksi yang rendah dengannya. Memang, walaupun intensitas interaksi yang tercipta rendah, tidak ada jaminan bahwa hal tersebut tidak mengancamnya. Ini masalah persepsi.

Saya sempat berpikir, sebenarnya siapa yang terdistorsi pikirannya..? Saya atau dia..? Tetapi seorang teman mengingatkan saya untuk berhenti berpikir tentang hal tersebut. Distorsi atau bukan, kembali lagi ke masalah persepsi. Saya punya kubu yang akan mengatakan bahwa dia lah yang terdistorsi. Begitu juga dengannya. Tentu dia juga memiliki kubu yang akan mengatakan bahwa saya lah yang terdistorsi. Jadi, sudahi saja lah, sama seperti dia menyudahi. Saya ikuti permainannya.

Info terkini, untungnya tulisan ini belum saya tayangkan. Baru saja, saya mendapat informasi, dia kembali ada di FB saya. Ini permasalahan kecanggihan teknologi (yang bisa membuat orang muncul dan menghilang sesuka hati) atau permainan baru yang memang sengaja dia ciptakan..? I'm trying to follow the game..

0 komentar:

Posting Komentar