8.27.2009

30 is closer and I am single..

Seorang teman mengangkat topik tentang usia panik kemarin melalui sms. Repot saya membahasnya. Lha sama masalahnya dengan saya. Mau berperan sebagai psikolog yang baik, wah, kok menipu diri sendiri. Mau berperan sebagai diri sendiri, teman sepertinya membutuhkan penguatan seorang psikolog. Dilema lah saya. Akhirnya saya hanya membalas begini, "Relax, aku juga kok..Blas, ga ada stok lelaki..U're not alone.."

Usia panik.. Ini lah beberapa kepanikan saya yang disebabkan oleh usia saya sekarang:
1. Belum menikah dan tidak punya pacar, hubungan tanpa status pun juga tidak ada. Lelaki biasa, sebagai penyegar hati sementara pun juga sedang kosong stoknya.
2. Belum bekerja. Ini terkait dengan masalah kuliah yang masih mbuleeet aja di tugas akhir.
3. Karena belum bekerja, jelas lah masih bergantung utuh pada orangtua.

Sebenarnya, tiga kepanikan tersebut tidak akan menjadi masalah kalau saja:
1. Orang-orang tidak menikah di awal 20an. Kemarin wisuda angkatan 2004 dan beberapa angkatan 2005. Biasanya, setelah dapat gelar sarjana, tidak lama akan menambah gelar lagi, di depan nama, bukan di belakang. Gelarnya ya kalau tidak Ny. ya Tn. Itu angkatan 2004-2005 padahal. Saya..??? Angkatan..???
2. Ada peraturan bahwa perempuan single di atas usia 25 tahun dan belum punya pacar, dipelihara oleh negara serta dicarikan pacar atau pasangan oleh negara juga.
3. Semua orang yang pekerjaannya mantap dan mapan berusia jauh di atas usia saya. Kenyataannya, banyak angkatan yang jauh di bawah saya, pekerjaannya oke. Penghasilannya, dashyat. Huw, huw, huw, dan saya, mau beli gorengan aja, masih minta uang sama orangtua.

Tidak tanggung-tanggung usaha yang saya lakukan untuk mengatasi kepanikan tersebut.
1. Say NO untuk: Nongkrong lama-lama dengan teman yang statusnya sudah menjadi Ibu. Kalau masih nyonya aja, bisa lah.
2. Memperjarang frekuensi nongkrong dengan teman-teman sebaya yang kartu kreditnya platinum.
3. Pindah tempat nongkrong di angkringan.
4. Kalau ga kepepet, ga usah ngemall.
5. Saking banyaknya, saya lupa usaha apa saja yang sudah saya lakukan.

Tapi ternyata, saya capek. Lelah melakukan usaha-usaha semacam itu. I put too much energy there. Alih-alih saya hidup tenang, yang ada saya sering meratapi hidup saya. Protes terus sama yang memberi hidup. Merasa hidup saya menderita. Menghujat dunia yang tidak adil. Dan sejuta makian lainnya.

Hidup tidak pernah mudah. Kalau ada orang yang merasa hidupnya mudah, berarti memang kemampuannya hanya segitu. Makanya diberi hidup yang mudah. Kalau diberi hidup level sulit, mati dia. Kebalikan dengan saya. Saya bisa mati kalau diberi hidup yang mudah. Mati malu karena berarti kemampuan saya cuma bisa untuk yang mudah-mudah aja. Maaf ya, bukan level saya kalau begitu.

Berpikir positif merupakan salah satu cara mujarab bagi saya untuk mengatasi kehidupan tidak mudah saya, yang sering diwarnai oleh kepanikan. Selalu ada maksud di setiap hal yang saya alami. Tidak punya pasangan saat ini, ada maksudnya. Biar saya konsentrasi di tugas akhir, tanpa diganggu romansa yang mengharubiru. Belum ada pekerjaan, ya jelas lah, orang saya masih sekolah. Kalau saat ini saya bekerja, bisa mati keteteran membagi waktu lah saya. Mengingat saya adalah tipe setia dan tidak mungkin bisa mendua. Sekolah aja atau kerja aja. Ga bisa sekolah sambil kerja.

Selain berpikir positif, cara lain yang saya lakukan adalah tidak berhenti berusaha. Dalam mencari pasangan, kalau usaha yang dulu saya lakukan adalah nongkrong sambil cuci mata, siapa tahu ada yang nyantol. Sekarang usaha itu uda sooooo old time. Mending sekarang saya aktif di perkumpulan ibu-ibu atau perkumpulan lansia. Promosi diri, siapa tahu, mereka punya keponakan atau anak bungsu yang berjodoh dengan saya. Sebenarnya, saya berniat ikut acara Take Him Out atau Take Me Out, tapi setiap saya minta referensi teman sebagai syarat supaya saya bisa mengirim aplikasi diri saya, tidak ada teman yang mau. Malu katanya. Malu nanti kalau lihat saya tampil di televisi.

Untungnya, saya tidak malu dengan diri saya. Apapun saya, bagaimanapun saya, meskipun saya jomblo di usia menjelang 30, meskipun saya belum memiliki penghasilan, dan berjuta meskipun lainnya, saya tetap bangga dengan diri saya. Banyak lah yang saya bisa banggakan. Orang bilang saya seksi, saya akui, apa yang mereka bilang benar (bener ga si..? :p). Orang bilang saya pintar (walo jarang-jarang saya pinternya, tapi pernah lah sekali-sekali pinter). Dan orang bilang saya menarik (sebenernya, saya lah yang bilang saya menarik..).

Dari sekian ratus kata yang saya tulis, intinya saya menekankan bahwa saat ini, saya dengan tegas ditemani dengan berjuta keberanian mengatakan kepada yang namanya usia panik, PERGI LAH KAU KE UJUNG DUNIA, HIPOTERMIA DI GURUN SAHARA ATAU HILANG DI SEGITIGA BERMUDA..

GANBATTE..!!!

0 komentar:

Posting Komentar