10.10.2009

Take a break for a while from typing something that really fucking boring thing.. Wanna write something seriously..

Tentang para pria di sekitar saya. Dengan tampilan berbeda namun pada dasarnya memiliki kemiripan satu dengan lainnya.

Pria Pertama
Mengisi hati saya selama dua tahun. Saya meletakkan hampir separuh hati saya padanya. Tanpa saya sadari, saya menjadi seseorang yang lebih baik dengan kehadirannya. Namun tidak saya pungkiri, kepergiannya, menjadikan saya masuk lebih dalam ke sebuah dunia yang disebut paranoid.

Pria Kedua
Menjadi seorang yang spesial bagi seorang teman baik saya, bahkan telah resmi bertunangan. Tanpa pengalaman percintaan sama sekali hingga dia bertemu teman saya tersebut. Memendam rasa terhadap teman saya selama sekian tahun, bahkan merelakan teman saya menjadi pacar sahabatnya sebelum akhirnya menjadi tunangannya.

Pria Ketiga
Seorang teman yang sebenarnya saya tidak terlalu mengenalnya tapi saya sok tahu tentang dirinya. Seseorang yang setahu saya tidak banyak berbicara dan terkadang menjadi bayangan orang lain yang sepertinya lebih punya kekuatan untuk bicara. Seseorang yang memiliki pandangan ke depan namun seringkali kesulitan untuk merealisasikan pandangan tersebut.

Pria Keempat
Seorang teman juga, hanya saja saya sedikit lebih punya kesempatan mengenalnya. Supel, cukup populer. I think he's good looking enough. Menyenangkan, dan cukup membuat saya nyaman berbicara dengannya. Penyuka musik yang kurang nyaman di telinga saya.

Mereka berbeda secara fisik, latar belakang keluarga dan budaya, pendidikan, ekonomi, pekerjaan, minat dan banyak hal lainnya. Tapi saya melihat kesamaan yang cukup dominan dalam diri mereka, yang sepertinya menjadi suatu hal yang mereka tutupi dengan sepenuh hati, rasa tidak percaya diri, introvert dan sensitif.

Pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu mungkin menjadi salah satu dari sekian banyak alasan yang menyebabkan mereka seringkali merasa minder dengan apa yang mereka lakukan. Merasa bahwa orang lain lebih mampu dari mereka. Berpikir bahwa perjuangan hidup terasa begitu berat sehingga tidak berani masuk pada level kehidupan yang lebih tinggi lagi. Memasang target yang berada pada batas normal-normal saja seperti orang pada umumnya. Namun menyukai sesuatu yang rebel.

Introvert. Mereka setipe. Pasang tampang garang, acuh, tak peduli, namun sebenarnya mereka memasukkannya semua ke dalam hati. Seperti tak melihat, namun mengamati dengan cukup dalam. Tak mau tahu, tapi mendengarkan dengan seksama. Memasukkan semua proses ke dalam otak. Mengolahnya, menciptakan begitu banyak pertanyaan, menyimpannya dalam hati, dan akhirnya menjawabnya sendiri. Lebih senang menyimpannya sendiri alih-alih berbagi dengan orang lain. Bermain dengan pikirannya sendiri. Tampak tenang, mati rasa, datar namun bergejolak di dalam.

Sensitif. Sangat mudah tersakiti. Namun bertahan dengan sepenuh daya untuk tampil tangguh. Kegagalan merupakan suatu kejadian yang traumatis bagi mereka, namun berusaha untuk tidak menunjukkannya pada orang lain. Sangat tidak mudah membuat mereka mempercayai orang lain. Sensitifitas mereka yang cukup tinggi membuat mereka memasang tembok tebal untuk urusan emosional. Mereka menyadari bahwa setiap orang memiliki peluang sama besar untuk menyakiti hati mereka. Kepercayaan merupakan suatu hal yang sakral bagi mereka. Hanya orang terpilih yang bisa mendapatkan kepercayaan mereka. Dan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Terlepas dari itu semua, saya melihat sebuah potensi yang luar biasa besar dari dalam diri mereka untuk melakukan sebuah gebrakan besar. Mereka semua pemikir hebat. Memiliki cukup banyak waktu untuk menganalisa. Hanya saja mereka tidak menyadarinya. Sepertinya, butuh booster dengan kekuatan superbesar untuk mengeluarkan semua kelebihan diri yang terpendam cukup lama dan pada akhirnya terlalu dalam untuk digali.

Saya mungkin sok tahu menuliskan ini, tapi entah mengapa, saya begitu yakin dengan potensi yang mereka miliki. Sayangnya, tembok yang menutupi potensi tersebut terlalu tebal untuk dihancurkan.

0 komentar:

Posting Komentar