10.09.2009

Zona Nyaman

Tulisan yang sengaja saya buat untuk menunda mandi dan pada akhirnya menunda mengerjakan tugas akhir.

Ide tulisan ini muncul dari seorang teman lama yang sarap dan cukup sinting lah saya pikir karena terlalu lama berkubang dalam urusan kisah cinta yang menyakitkan.

Teman Saya yang Sarap (TSS): Ealah..harus jauh-jauh kayanya. Phobia sama cewek mens. Gahar (apaan ni artinya saya juga ga ngerti) banget soalnya.
Saya yang Tidak Sarap (STS): Yang jauuuuuuuh skalian, kalo perlu tinggalin kotamu.
TSS: Cuakaka (asli, sebenernya jayus bener model ketawa teman saya ini) Gah! Kotaku terlalu nyaman buatku.
STS: Maka aku akan membuatmu keluar dari zona nyamanmu. Itulah pekerjaan sipikolog (istilah bodoh dari teman saya yang sarap).
TSS: Lah, bukannya terbalik? Sipikolog kan membuat nyaman buat user (loe kate junkie ape, user..istilah teman saya yang sarap itu selalu saja bodoh).
STS: User kaya kaya kamu itu biasanya menyalahgunakan zona nyaman..jadi edyaaan..

Zona nyaman..hmmmm..bagi saya istilah tersebut lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Begitu banyak orang terjebak dalam sebuah wilayah yang disebut zona nyaman. Stuck in there..!! Dan ini sedikit dari sekian banyak contoh.

Berapa banyak teman saya terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak sehat hanya karena dia terlanjur nyaman dengan hubungan tersebut. Menangis, sakit hati, sudah bukan hal yang ditakuti. Justru menjadi semacam candu. Pacar berbicara kasar, memaki dan bahkan memukul, sudah menjadi menu utama. Jika hal tersebut hilang, menjadi semacam pertanyaan, "Apakah dia sudah tidak mencintaiku lagi..?" Kalau curhat, seolah-olah hidupnya menderita sungguh, tapi begitu diminta untuk meninggalkan sumber derita, responnya, "Aku ga bisa idup tanpa dia. Meskipun dia kasar, aku tau kok kalo sebenernya dia mencintaiku." An**ng, ngomong sana sama tembok, jangan sama saya!

Atau seorang teman yang dari lahir sampai punya anak, tinggal di kota tempat saya dibesarkan. Kalau saya bertemu dengannya, nongkrong, ngopi-ngopi, hujatan tentang kota tersebut dengan deras mengalir. Yang katanya kotanya ga maju-maju lah, nanggung lah, ndeso lah, ga ada hiburan lah ato apa lah. Belum lagi kalau belanja dia harus pergi jauh-jauh ke ibu kota kerena ibu kota menyediakan kebutuhan yang lebih sesuai dengan seleranya. Trus saya tantangin dia untuk meninggalkan kotanya sekarang dan menuju ibu kota. Responnya, " Ga ah, repot. Di sana pada mahal, macet, banyak keramaian. Di sini aja, tenang, damai." T**!!!

Saya berpikir, zona nyaman membuat orang menjadi tidak berkembang. Terbuai kemudian menjadi malas. Sudahlah, mau mencari apa lagi. Cukuplah, toh kebutuhan sehari-hari juga tidak berkekurangan. Looks like has no fight! Zona nyaman tidak selamanya hal yang benar. Perlu kita waspadai bila zona nyaman tersebut sudah mulai menjadikan kita memiliki progres kehidupan yang lambat, stagnan atau bahkan mengalami kemunduran. Zona nyaman itu seperti pisau yang tajam. Terkadang, dia diperlukan dan sangat membantu kita, di sisi lain, dia bisa membunuh kita.

Bagaimana kita bisa melihat zona nyaman akan menjadi bencana bagi kita? The answer is only one!! Just be honest with your self.Buang semua pertahanan diri kita. Benarkah kondisi seperti ini membuat kehidupan kita menjadi lebih baik dari sebelumnya? Sungguhkah kondisi seperti ini yang benar-benar kita inginkan? Dan jika jawabannya tidak, sudah tahu lah kita harus bagaimana. Waktunya untuk mencoba sesuatu/seseorang yang baru. Come on, masih banyak hal-hal baru yang menanti kita. Kita tidak akan pernah tahu kalau kita tidak mencoba. Kita tidak akan mati hanya karena kita mencoba sesuatu yang baru. Kita juga tidak akan kehilangan nyawa hanya karena memutuskan sebuah hubungan tidak sehat yang sudah berlangsung puluhan tahun. Kita hanya bisa mati kalau yang memberi kita nyawa menginginkan kita mati.

Jangan pernah berhenti pada satu titik, walaupun titik tersebut memberimu kenyamanan..!

NB: Dear teman saya yang sarap, PEACE..;p
Sepertinya saya sedang menjadi bukan diri saya dengan menulis tulisan yang inspiratif ini. Tapi begitu lah saya, selalu mengagetkan banyak pihak dengan begitu banyaknya talenta saya (ciieeeeeee..cuit, cuit, cuit). Contoh terdekat adalah efek tulisan ini bagi saya, note ini telah membuat saya sendiri terkejut. Kenapa saya lebih memilih menulis note ini daripada mandi dan kemudian mengerjakan tugas akhir saya. Faaaaakkkkk..!!!

0 komentar:

Posting Komentar