9.16.2009

Kedele oh Kedele

Insight tulisan ini muncul secara impulsif (kaya biasanya laaah) waktu saya sedang gosok gigi, mau mandi, mau pergi ke rumah Elin buat ngerjain tesis. Sedang bugil ketika ide muncul di benak saya laksana meteor. Syuuut..blar..langsung, buka pintu kamar mandi, pake baju, nyalain komputer.

Ini tentang kedele saya..yayayayayayaya, another story about man surround me.. Jangan bosen ya.. Memang si, topik tulisan itu bukan melulu tentang lelaki, tetapi entahlah, saya lebih lancar dan enjoy menulis tentang lelaki. Yang ga sealiran, maaf yee..

Siapa si kedele itu..? Pertanyaan yang lumayan sering saya dapat di twitter saya. Kedele itu seorang lelaki yang saya temui satu tahun yang lalu. Dimanakah saya bertemu? Di sebuah tempat rahasia dimana hanya saya dan kedele yang tahu. Hihihihihhii.. Sebagai perempuan lajang, penampakan kedele ini cukup menarik perhatian saya, secara cuma kedele lah waktu itu lelaki single di tempat saya melihatnya. Ting, ting, ting, alarm tubuh saya bunyi. Siapa tu, siapa tu, siapa tu, bole dong, bole dong, bole dong..

Akhirnya, kenal lah saya dengan si kedele ini. Deket lah kita. Ngobrol, nonton, nongkrong, aktivitas sehat bersama (jiaaah, aktivitas sehat..??? )hingga bertengkar bareng. Hubungan yang bermula baik, indah dan so sweet berubah menjadi hubungan seperti neraka. Kedele marah besar pada saya, sedangkan saya merasa apa lah kedele ini marah-marah. Ga penting. Maklum, umur yang sebaya membuat persaingan ego begitu membara. Okey, kedele marah besar. Silakeun, emang cuma dia lelaki di dunia ini.. Plis d.. Dan kedele pun menghilang dari kehidupan saya untuk kali pertama.

Tapi kok saya merindukannya. Weeitts, sudah, sudah, lupakan. Saya hapus semua nomor teleponnya dari ponsel saya, agar saya tidak gatel menghubungi dia. Sekian lama, kedele kembali. Dan seperti tidak terjadi apa-apa, kembali saya dan kedele melakukan aktivitas bersama. Ketawa bareng. Dan hingga akhirnya, beberapa hari kemudian, kedele kembali marah pada saya. Entah lah, saya tidak tahu persis kejadian apa yang membuat kedele naik pitam terhadap saya. Kedele menghilang dari hadapan saya untuk kali kedua, meninggalkan saya dengan raut muka masam. Dan saya pun tidak berusaha mengerjarnya. Hanya saja, saya mengirimkan sms:
...Maaf...
Saya tidak tahu pasti kesalahan apa yang saya perbuat sehingga si kedele murka pada saya. Tapi sudah lah, tidak ada salahnya meminta maaf untuk menjadikan kondisi menjadi lebih baik.

Kembali saya merindukannya. Saya kirim lah sms:
...Miss u so...
There was no reply. Padahal, untuk mengirimkan sms itu, saya butuh masukan dan penguatan dari begitu banyak pihak. Dan akhirnya saya berkata bahwa kedele tidak menginginkan saya. Saya hapus lah nomor teleponnya untuk kedua kali. Dan saya pun menyibukkan diri dengan aktivitas saya, melupakan kedele. But somehow, saya meyakini kedele akan kembali.

My birthday. He's back. Said happy birthday. Bla, bla, bla, bla, saya dan kedele pun bertemu. Seperti yang lalu, tidak ada yang aneh dengan saya dan kedele. Ketawa, ngobrol. Untuk kali ini, saya bertekad untuk tidak membiarkannya hilang kembali. Tidak akan ada pertengkaran agar kedele tidak pergi. Saya buang sebagian besar gengsi saya, yang setau saya sangat tidak disukai oleh kedele. Bahkan saya memintanya berjanji pada saya untuk tidak hilang. Dan setau saya, kedele tidak mengabulkan permintaan saya.

Hari ini, kedele kembali menghilang. Tidak ada pertengkaran diantara saya dan kedele. Setau saya, kami berpisah dengan senyuman juga tawa. Menurut saya, kami baik-baik saja. Tetapi entah lah, batin saya mengatakan bahwa kedele kembali hilang. Sms-sms saya seperti biasa, tidak mendapatkan respon. Mungkin ini memang siklus kedele. Seperi siklus menstruasi. Kalo lancar, kedele akan datang 28 hari sekali. Kalo lagi stres, kedele bisa dateng 2-3bulan sekali. Tergantung kondisi hormon dan psikologis juga. Dan sepertinya, saya harus memahami itu.

Kedatangan kedele yang terakhir tidak direspon baik oleh orang-orang di sekitar saya yang cukup tahu tentang pola kedele. Mereka berpendapat bahwa kedele tempo-tempo. Hanya ketika dia membutuhkan saya, kedele akan datang. Isi bensin, trus pergi. Bensin habis, dateng lagi. Bisa jadi. Toh saya juga tidak pernah tahu apa yang sebenarnya ada di benak si kedele.

Berapa banyak teman mengatakan bahwa He's just not that into me . Dan saya secara logika pun juga setuju dengan pendapat itu. Namun entah lah, ada sesuatu dalam diri saya yang menyangkal pendapat itu. Bisa jadi terkait dengan kesendirian (heilooooo..hhihihhihihihi). I'm just a human being, just like other. Need someone to share, need someone to love and being loved, need someone lah judulnya. Untungnya, seseorang menjewer kuping saya, dan saya pun terbangun dari periode desperado. Bila memang kedele itu ditakdirkan bersama saya, maka terjadi lah. Kalo tidak, sial..Hahahahahahaha..

Dan ini lah imajinasi saya beberapa bulan ke depan, ketika siklus kedele kembali:
Kedele (K): I'm back..
Saya (S): Hmmmmm..
K: Keluar..?
S: No, thx u..
K: Hei, what's matter with u..?
S: Oh, kedele, tau kah engkau betapa hatiku terluka. Kau datang dan pergi sesuka hatimu. Mempermainkan perasaanku. Membiarkanku berharap. Kedele, biarkan aku dengan jalanku, dan kau dengan jalanku. Jangan kau ganggu aku lagi. Tak ingin ku kembali terluka mengharapkanmu terus ada di sampingku.

Saya pun beranjak meninggalkan kedele sendirian

...daaaaannnnn...ternyata, sodara-sodarar, kedele berlari menghampiri saya, merengkuh saya (apaan si ini bahasanya, stensilan amat..) trus bilang: Hidup lah bersamaku, isi lah relung hatiku yang hampa tanpamu.. (asli, ini kalimat kampung amaaaaaatt..benci gw..)

Hahahahahahaha..namanya juga imajinasi, let me act like drama queen..

Kedele, kedele..nice to know you.. Keberadaan kedele memberi warna dalam hidup saya. Sebagai individu yang bebas, hak kedele lah mo ngapain aja. Mo dateng, silakeun, mo pergi, monggo monggo sajaah. Toh saya akan tetap baik-baik saja. Seperti yang saya katakan kepada teman saya melalui sms:
.. Mungkin memang belum menjadi keberuntungannya untuk mendapatkan saya kalo dia menghilang lagi seperti sekarang..

0 komentar:

Posting Komentar